Mas’alah:
Kalau
ulama aswaja / NU telah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar apakah ulama yang
bukan aswaja sudah terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi
munkar dan sebaliknya?
Jawab:
Sudah
terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi munkar, selama amar
ma’ruf nahi munkar dilakukan sesuai dengan aturannya.
Dasar Pengambilan Dalil:
- Ahkamu Fuqoha, : 11/105 soal no 241 ( belum ditulis)
إن كان هناك من يكفيهم للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر فلا
حرج عليهم السكوت ولزوم البيوت ، وإلايحرم عليهم ذلك، وأماالانتساب إلى إحدى
الجمعيات الإسلامية فهو أفضل، بل قد يجب كماإذاتيقن أوظن أنه لايؤدى إلى حفظ دينه وصونه عمايفسده
إلابالإنتساب اليها اخذا لمافى الدعوة التامة والإحياء. ونصبه : وواجب على كل ففيه
فرغ من فرض عينه وتفرغ لفرض الكفاية إلى من يجاور بلده من أهل السواد ومن العرب
والأكراد وغيرهم ويعلمهم دينهم وفرائض شرعهم. إلى ان قال : فإن قام بهذا الأمر
واحد سقط الحرج عن الآخرين والا عم الحرج الكافة أجمعين أماالعالم فلتقصيره فى
الخروج ، أما الجاهل فلتقصيره ترك التعلم. الخ ... اعلم أن كل قاعد فى بيته اينما
كان فليس خاليا فى هذا الزمان عن منكر من حيث التقاعد عن إرشاد الناس وتعليمهم وأكثر
الناس جاهلون .
Terjemah:
Jika
telah ada orang yang dianggap cukup sudah menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar,
maka tidak dosa bagi lainnya hanya diam dirumah (tidak berdakwah), kalau belum
ada yang menyampaikan maka haram bagi semua orang hanya berdiam diri. Adapun
menisbatkan (amar ma’ruf nahi munkar) kepada salah satu organisasi islam itu
lebih utama. Bahkan terkadang menjadi wajib ketika diyakini atau diduga kuat,
tidak akan tercapai dalam mempertahankan agama dan menjaga kelangsungannya dari
pihak-pihak yang merusaknya kecuali dengan berpedoman kepada kitab: addawatu
attamah dan kitab ihya’ ulumuddin, yang arti nasnya: “wajib bagi setiap orang
pandai dalam agama untuk meluangkan waktu guna memenuhi fardlu kifayah kepada
orang yang berdekatan daerahnya dari ahli kulit hitam, orang arab dan lainnya,
dan wajib pula mengajari mereka terhadap agamanya dan kewajiban-kewajiban
syari’atnya …..s/d…. jika sudah ada salah seorang yang melakukan (amar ma’ruf
nahi munkar) maka gugur dosa dari lainnya. Jika tidak ada sekali, maka yang
berdosa adalah semuanya manusia. Adapun dosanya orang ‘alim, karena ia tidak
menghiraukan keharusan keluar (berdakwah). Sedangkan dosanyaorang yang bodoh,
ia tidak memperhatikan kewajiban belajar (tidak mau belajar) dst. … perlu dimengerti,
bahwa setiap orang yang hanya berdiam diri dirumahnya dimana saja, maka tidak
dapat lepas dizaman ini dari kemungkaran, ketika hanya diam diri dari
menunjukan manusia dan mengajarinya. Dan kebanyakan manusia itu bodoh (tidak
tahu).
Mas’alah:
Ada
tanah wakaf untuk masjid, bolehkah di pakai untuk I’tikaf?
Jawab:
Apabila
tanah yang dimaksud wakif itu adalah “aku jadikan tanah ini sebagai masjid”
maka walaupun belum di bangun masjid I’tikaf di atas tanah tersebut hukumnnya
sah. Tetapi apabila yang dimaksud wakaf tersebut adalah tamlik kepada masjid
dan oleh nadzir belum (tidak diresmikan) atau belum dibangun masjid. Maka
hukumnya I’tikaf diatas tanah tersebut tidak sah.
Dasar Pengambilan Dalil:
- Al-bajuri, I : 305
قوله فى المسجد اى الخالص المسجدية فلا يصح الإعتكاف فى غير
المسجد كالمدارس والربط ومصلى العيد.
Terjemah:
Kata pengarang (dimasjid) artinya
yang murni masjid , maka tidak sah I’tikaf diselain masjid, seperti dimadrasah,
pondok, dan tempat-tempat sholat ‘id.
- Al-mahali, 11/76
قوله فى المسجد، ومنه روشنه ورحبته القديمة الخ
Terjemah:
Kata
pengarang (dimasjid) yang termasuk dihukumi masjid adalah emperanya, serambinya
yang bangunan dulu (bersama dengan dalamannya masjid).
- Fatha al-wahab, I : 128
وثانيها مسجد للإتباع رواه الشيخان فلايصح فى غيره ولوهي
للصلاة.
Terjemah:
Yang
kedua : harus masjid dengan dasar hadits Nabi yang diriwayatkan imam bukhori
dan muslim, maka tidak sah I’tikaf diselain masjid meskipun disediakan untuk
sholat.
- Syarwani, VI : 251
والأصح وإن نازع فيه الأسنوى وغيره أن قوله جعلت البقعة
مسجدا من غير نية صريح فحيئد تصير به مسجدا وإن بات بلفظ مما مر لأن المسجد لايكون
إلا وقفا.
Terjemah:
Menurut yang asoh,
meskipun ditentang imam asnawi dan lainnya bahwa perkataan seseorang : “saya
jadikan tempat ini menjadi masjid” dengan tanpa niat itu shorih wakaf, maka
dengan demikian (tempat itu) akan menjadi masjid. Meskipun dengan
lafadz-lafadz yang telah tersebut diatas, karena masjid itu pasti wakaf. (tidak
ada masjid yang bukan wakaf).
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya mengeluarkan zakat tijaroh sebelum haul (sebelum masuk satu tahun)
Jawab:
Boleh
asalkan yang menerima tersebut tetap menpunyai sifat mustahiq sampai waktu
wajibnya, sehingga apabila yang menerima tersebut menjadi berubah (tidak
mempunayai syarat sebagai mustahiq) pada waktu wajibnya, maka apabila muzakki
pada waktu memberikan zakat mu’ajjalah itu memberitahukan bahwa zakat
mu’ajjalah, maka muzakki boleh meminta kembali zakat tadi.
Dasar pengambilan Dalil:
- Muhadzab, I : 174
وإن عجل الزكاة فدفها إلى فقير فمات الفقير أو ارتد قبل
الحول لم يجزه المدفوع عن الزكاة، وعليه أن يخرج الزكاة ثانيا، فإن لم يبين عند
الدفع أنهازكاة معجلة لم يرجع وإن بين رجع .... الخ
Terjemah:
Jika
seseorang melakukan ta’jil zakat (mendahulukan zakat sebelum waktunya) kemudian
diberikan kepada orang fakir, lalu orang fakirnya meninggal dunia, atau ia
murtad sebelum haul (masuk waktunya wajib zakat). Maka apa yang diberikan (atas
nama zakat tadi) tidak mencukupinya sebagai zakat. Dan bagi yang memberikan
wajib, mengeluarkan zakat lagi ( yang kedua ). Jika dirinya tidak menjelaskan
(pada waktu memberinya) bahwa itu zakat yang didahulukan (ta’jiluz zakat) maka
ia tidak boelh meminta kembali (yang telah diberikan) namun apabila ia waktu
member menyatakan : ini ta’jiluz zakat maka ia boleh meminta kembali (ganti
rugi).
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya menyembelih qurban sebelum shalat idul adha dengan mengi’tikatkan
sebagai aqiqoh sedang maliknya mengatakan qurban?
Jawab:
Menyembelih
qurban oleh wakil yang mengi’tikadkan aqiqoh apabila dilakukan sesudahnya
lewatnya kadar dua rokaat dan dua khotbah yang cepat sesudah terbitnya matahari
pada hari qurban maka hukumnya sebagai berikut :
Qurbanya mudhohi adalah sah, dan
I’tikat wakil tidak mempengaruhi niat berqurban.
Kalau penyembelihannya dilakukan
oleh wakil sebelum waktu tersebut, maka qurbannya mudlohi tidak sah, dan wakil
dloman ( mengganti ).
Adapun wakil yang mengi;tikadkan
lain dari niat mudlohi, hukumnnya haram.
Dasar Pengambilan Dalil:
- Al-anwar, 11/378
الثالث الوقت وهو إذا طلعت الشمش يوم النحر ومضى قدر وكعتين
وخطبتين خفيفتين إلى غروبها من ثالث ايام التشريق ليلا ونهارا ويكره فى اليل فان
ذبح قبل الوقت او بعده لم يكن ضحية ولا يحصل ثوابها بل صدقة ... انتهى
Terjemah:
Yang ketiga adalah: waktu (penyembelihan
qurban) yaitu ketika matahari telah terbit pada hari qurban dan telah melewati
kira-kira dua rokaat dan dua khotbah ‘id yang ringan sampai terbenamnya
matahari dihari tasyri’ yang ketiga ( tanggal 13 dzulhijjah ) baik siang
ataupun malam dan makruh menyembelih qurban pada malam hari. Apabila disembelih
sebelum waktunya atau setelahnya, maka tidak dinamakan qurban, dan tidak
mendapatkan pahalanya qurban. Tetapi merupakan sodaqoh.
- Kifayatu al-akhyar, I : 280
والوكيل أمين فيها لايضمن إلا بتقريط، الوكيل أمين فيما وكل
فيه فلايضمن الموكل فيه إذا تلف إلا أن يفرط لأن الموكل استأمنه فيضمنه ينافى
تأمينه كالمودع.
Terjemah:
Wakil
adalah orang yang dipercaya dalam amanat, ia tidak didenda kecuali ia
mengabaikan (khianat). Wakil adalah orang dipercaya dalal sesuatu yang
diwakilinya, maka ia tidak perlu mengganti terhadap kerugian yang diwakilkan
ketika rusak, kecuali apabila ia mengabaikannya. Karena orang yang mewakilkan
telah mempercayakan kepada wakil . maka wakil supaya mengganti kerugian apabila
ia meniadakan sifat amanahnya (kepercayaan) seperti orang yang dititipi.
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya memperbaharui nikah tajdidunikah? Kalau boleh apakah harus membayar
mahar lagi?
Jawab:
Hukumnya
tajdidunnikah (memperbaharui nikah) boleh, bertujuan untuk memperindah atau
ihtiyat dan tidak termasuk pengakuan talak (tidak wajib membayar mahar) akan
tetapi menurut imam yusuf al-ardzabili dalam kitab anwar wajib membayar mahar
karena sebagai pengakuan jatuhnya talak.
Dasar Pengambilan Dalil:
- At-tuhfa, VII : 391
أَنَّ مُجَرَّدَ مُوَافَقَةِ الزَّوْجِ عَلَى صُورَةِ
عَقْدٍ ثَانٍ مَثَلًا لَا يَكُونُ اعْتِرَافًا بِانْقِضَاءِ الْعِصْمَةِ الْأُولَى
بَلْ وَلَا كِنَايَةَ فِيهِ وَهُوَ ظَاهِرٌ إلى أن قال وماهنا فِي مُجَرَّدِ
طَلَبٍ مِنْ الزَّوْجِ لِتَحَمُّلٍ أَوْ احْتِيَاطٍ فَتَأَمَّلْهُ.
Terjemah:
Sesungguhnya
tujuan suami melakukan aqad nikah yang kedua (memperbaharui nikah) bukan
merupakan pengakuan habisnya tanggung jawab atas nikah yang pertama, dan juga
bukan merupakan kinayah dari pengakuan tadi. Dan itu jelas ….s/d … sedangkan
apa yang dilakukan suami di sini (dalam memperbaharui nikah) semata-mata untuk
memperindah atau berhati-hati.
( وَلَوْ تَوَافَقُوا ) أَيْ الزَّوْجُ وَالْوَلِيُّ
وَالزَّوْجَةُ الرَّشِيدَةُ فَالْجَمْعُ بِاعْتِبَارِهَا أَوْ بِاعْتِبَارِ مَنْ
يَنْضَمُّ لِلْفَرِيقَيْنِ غَالِبًا ( عَلَى مَهْرٍ سِرًّا وَأَعْلَنُوا بِزِيَادَةٍ
فَالْمَذْهَبُ وُجُوبُ مَا عُقِدَ بِهِ ) أَوَّلًا إنْ تَكَرَّرَ عَقْدٌ قَلَّ
أَوْ كَثُرَ اتَّحَدَتْ شُهُودُ السِّرِّ وَالْعَلَنِ أَمْ لَا لِأَنَّ الْمَهْرَ
إنَّمَا يَجِبُ بِالْعَقْدِ فَلَمْ يُنْظَرْ لِغَيْرِهِ وَيُؤْخَذُ مِنْ أَنَّ
الْعُقُودَ إذَا تَكَرَّرَتْ اُعْتُبِرَ الْأَوَّلُ مَعَ مَا يَأْتِي أَوَائِلَ
الطَّلَاقِ أَنَّ قَوْلَ الزَّوْجِ لِوَلِيِّ زَوْجَتِهِ زَوِّجْنِي كِنَايَةٌ
بِخِلَافِ زَوَّجَهَا فَإِنَّهُ صَرِيحٌ أَنَّ مُجَرَّدَ مُوَافَقَةِ الزَّوْجِ
عَلَى صُورَةِ عَقْدٍ ثَانٍ مَثَلًا لَا يَكُونُ اعْتِرَافًا بِانْقِضَاءِ
الْعِصْمَةِ الْأُولَى بَلْ وَلَا كِنَايَةَ فِيهِ وَهُوَ ظَاهِرٌ وَلَا
يُنَافِيهِ مَا يَأْتِي قُبَيْلَ الْوَلِيمَةِ أَنَّهُ لَوْ قَالَ كَانَ الثَّانِي
تَجْدِيدَ لَفْظٍ لَا عَقْدًا لَمْ يُقْبَلْ لِأَنَّ ذَاكَ فِي عَقْدَيْنِ لَيْسَ
فِي ثَانِيهِمَا طَلَبُ تَجْدِيدٍ وَافَقَ عَلَيْهِ الزَّوْجُ فَكَانَ الْأَصْلُ
اقْتِضَاءَ كُلِّ الْمَهْرِ وَحَكَمْنَا بِوُقُوعِ طَلْقَةٍ لِاسْتِلْزَامِ
الثَّانِي لَهَا ظَاهِرًا وَمَا هُنَا فِي مُجَرَّدِ طَلَبٍ مِنْ الزَّوْجِ
لِتَحَمُّلٍ أَوْ احْتِيَاطٍ فَتَأَمَّلْهُ.[1][1]
- Al-anwar, II : 156
ولو جدد رجل نكاح زوجته لزمه مهر آخر لأنه إقرار بالفرقة
وينتقض به الطلاق ويحتاج إلى التحليل فى المرة الثالية.
Terjemah:
Jika
seorang suami memperbaharui nikah kepada isterinya, maka wajib member mahar
(mas kawin) karena ia mengakui perceraian dan memperbaharui nikah termasuk
merusak cerai/talaq (menjadi suami istri lagi). Kalau dilakukan sampai tiga
kali, maka diperlukan muhalli.
Mas’alah:
Bagaimana
mendo’akan kemantenan semoga hidup rukun dan lekas manunggal, bisa cocok
bagaikan tampar. Yang dengan arti satu sama lain tidak pisah lagi.
Jawab:
Hukumnya
sunah
Dasar Pengambilan Dalil:
- Al-futuhat al-robaniyah VI : 76-77
السنة أن يقال له بارك الله لك وبارك عليك وجمع بينكما بخير
( قوله وجمع بينكما بخير) اى بأن تجتمعا على الطاعةوالأمر بالمعروف والنهى عن
المنكر وحسن المعاشرة والموافقة لمايدعو
لدوام الإجتماع وحسن الاستمتاع انتهى .
Terjemah:
Sunnah
didoakan dengan doa : mudah-mudahan Allah memberkahimu dan memberkahi atasmu,
dan mengumpulkan antara kamu berdua dengan baik (pengertian: mengumpulkan
diantara kamu berdua) : yaitu; kamu berdua kumpul atas dasar ta’at (pada
Allah), amar ma;ruf nahi munkar, dan baiknya hidup berumah tangga dan sesuai
apa yang didoakan untuk berkumpul/rukun yang abadi dan mesra.
Mas’alah:
Banyak
ulama kita tidak memasukan anak-anaknya kedalam madrasah-madrasah/ sekolah
agama. Kalau mereka wafat, maka kitab-kitabnya akan menjadi hiasan almari.
Bolehkah kita mengikuti cara mereka didalam mendidik anak-anaknya?
Jawab:
Cara
ulama yang tidak memberikan pendidikan agama kepada putra-putrinya itu tidak
boleh di ikuti.
Dasar Pengambilan Dalil:
- Minhaju A-abiddin hal. 20
فاعلم أن هذه المدارس والرباطات بمنزلة حصن حصين يحتصن بها
المجتهدون عن القطاع والسراق وإن الخارج بمنزلة الصحراء تدور فيها فرسان الشيطان
عسكرا فتسلبه أو تستأسره فكيف حاله إذا خرج إلى الصحراء وتمكن العدو منه من كل
جانب يعمل به ماشاء. فإذن ليس لهذا الضيف الا لزوم الحصن.
Terjemah:
Ketahuilah,
sesungguhnya madrasah-madrasah dan pondok-pondok pesantren ini diposisikan
sebagai benteng yang kokoh, menjaga para mujtahid dari sabotase perampok dan
pencuri. Dan sesungguhnya yang diluar itu diposisikan sebagai tanah lapang yang
dilewati syaitan-syaitan jalanan yang siap merampasnya atau menguasainya, maka
bagaimana kondisinya jika mereka keluar ketanah lapang, dan musuh-musuh dengan
leluasa dapat berbuat apa saja yang ia kehendaki. Maka kalau demikian bagi
orang yang lemah wajib untuk menetap dibenteng-benteng pertahanan.
- Al-nashaihu al-diiniyah 62
وأهم مايتوجه على الوالد فى حق أولاده تحسين الآداب والتربية
ليقع تشؤهم على محبة الخير ومعرفة الحق وتعظيم أمور الدين والاستهانة بأمور الدنيا
وإيثار أمور الآخيرة فمن فرط فى تأديب أولاده وحسن تربيتهم وزرع فى قلوبهم محبة
الدنيا وشهواتها وقلة المبالاة بأمور الدين ثم عقوه بعد ذلك فلايلومن إلانفسه
والمفرط أولى بالخسارة فيما ذكرناه.
Terjemah:
Yang
terpenting, tantangan orang tua terhadap hak anaknya adalah memperbaiki Adab
dan mendidiknya, agar pertumbuhan anak-anaknya cinta kebaikan, mengetahui yang
hak, mengutamakan urusan agama, mengesampingkan urusan dunia, dan mengutamakan
urusan akhirat. Barang siapa ceroboh mendidik dan ceroboh dalam kebaikan
pendidikannya. Dan menanamkan pada hati anaknya kecintaan terhadap dunia dan
kesenangan dunia, serta kepeduliannya terhadap urusan agama sangat minim
(sedikit) kemudian setelah itu anak berani menenteng orang tuanya maka jangan
menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri. Orang yang ceroboh lebih tepat
menyandang kerugian. Kebanyakan orang yang berani pada orang tuanya, keras
hatinya di zaman ini penyebabnya adalah ceroboh terhadap apa yang saya sebutkan
tadi.
- Tuhfatu al-murid 117
وحفظ دين ثم نفس مال ثم نسب "ومثلها عقل وعرض قد وجب
والمراد بحفظه صيانته من الكفر وانتهاك حرمة المحرمات ووجوب الواجبات، فانتهاك
حرمة المحرمات أن يفعل المحرمات غير مبال بحرمتها، وانتهاك وجوب الواجبات أن يترك
الواجبات غير مبال بوجوبها. انتهى
Terjemah:
Dan
menjaga agama, kemudian diri, harta dan nasab, dan sesamanya adalah akal dan
harga diri adalah hal yang wajib. Yang dimaksud menjaganya adalah menjaga dari
kekufur. Dan menanggulangi haramnya sesuatu yang haram. Dan wajibnya beberapa
kewajiban, maka menanggulangi keharaman yang dimaksudkan adalah : melakukan
keharaman tanpa memperdulikan keharamannya. Membentengi kewajiban yang
dimaksudkan adalah meninggalkan kewajiban tanpa memperdulikan kewajiban atas
hal yang diwajibkan.
- Irsyadu al-Huyaro Fi tahdiri al-Muslimin min madarisi al-nasoro li syeh yusuf al-nabawi.
اعلم أن من أعظم المصائب على الملة الإسلامية والامم
المحمدية ماهو جار فى هذه الأيام فى كثير من بلاد الاسلام من إذخال بعض جهلة
المسلمين أولادهم فى المدارس النصرانية واللغات الأفرانجية، ولايخفى أن ذلك كفر
صريح ، ولا يرضى به الله ولاسيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وسيدنا المسيح عليه
السلام.
Terjemah:
Ketahuilah
sesungguhnya lebih besar-besarnya musibah atas agama islam dan umat Muhammad
ialah apa yang terjadi dihari-hari ini kebanyakan dari daerah muslim (Negara
islam) yang sebagian kebodohan orang islam adalah memasukan anak-anaknya
kesekolah-sekolah Kristen (nasroni) dan bahasa inggris. s/d …. Tidak ada
ragu0ragu bahwa hal seperti itu jelas kufur dan tidak mendapat ridlo Allah dan
Muhammad Saw dan Nabi Isa as.
- Tanbihu al-anam
ماينبغى التنبيه له لأهل الشركة منع إذخال أولادهم إلى
مكاتب النصارى لأن دخول أولاد المسلمين فى مكاتبهم مما يوجب الإسلاخ من دينهم
بالكلية بإدخالهم الشبهة عليه فى دينهم. انتهى
Terjemah:
Sesuatu
yang terbaik mengingatkan baginya bagi semua masyarakat adalah melarang
memasukan anak-anaknya pendidikan orang-orang Kristen (nasrani). Karena
masuknya anak-anak muslim pendidikan mereka (orang Kristen) hilangnya agamanya
secara keseluruhan dengan masuknya
anak-anak muslim yang menyerupai agama mereka (orang-orang Kristen).
Mas’alah:
Ada
dua pendapat menurut as-syafi’I tentang batalnya wudlu bagi orang yang disentuh
perempuan lain yang dipermasalahkan : manakah yang paling utama untuk kita
ikuti? Mengikuti pendapat kedua dari imam syafi’I itu atau pindah madzab lain?
Dan bagaimana hukumnya pindah madzab pada waktu itu?
Jawab:
Mana
yang lebih utama, ada dua pendapat:
Pertama :
boleh memilih antara qoul tsani dan pindah madzab lain.
Kedua :
lebih baik taqlid pada qoul tsani.
Sedangkan pindah madzab pada waktu tertentu adalah boleh.
Dasar Pengambilan Dalil:
- Hasyiyah ibnu Hajar ala al-adloh fi manasiki al-hajj li al-nawawi, hal. 236
وفى الملموس قولان للشافعى رحمه الله، أصحهما عند أكثر أصحابه
أنه ينتقض وضؤءه وهو نصه فى أكثر كتبه. والثانى لا ينتقض وضوءه واختاره جماعة
قليلة فى اصحابه والمختار الاول.
Terjemah:
Yang
asoh dan kedua pendapat menurut kebanyakan santrinya (sahabatnya) hal itu
merusakan (membatalkan) wudlunya. Pendapat itu merupakan nash dari imam syafi’I
dalam kebanyakan kitabnya sedangkan pendapat kedua tidak membatalkan wudlunya
dan pendapat ini dipilih oleh kelompok kecil dari santrinya. Yang muhtar
(terpilih) adalah pendapat yang pertama.
- Bughyatul Mustarsyiddin, 9
يجوز تقليد ملتزم مذهب الشافعى غير مذهبه أو المرجو للضرورة
اى المشقة التى لا تحتمل عادة. وفى سبعة كتب مفيدة ص مانصه : واعلم أن الأصح من
كلام المتأخرين كالشيخ ابن حجر وغيره أنه يجوز الإستقال من مذهب إلى مذهب من
المذاهب المدوية ولو لمجرد التشهى سواء إنتقل دواما أو بعض الحادثات.
Terjemah:
Boleh
taqlid (mengikuti) bagi yang tetap yang tetap madzab imam syafi’I pada selain
madzabnya, atau pada pendapat yang marjuh karena dhorurot. Artinya masyakot
(sulit) yang tidak menjadikan kebiasaan. Dalam kitab sab’atul kutubi almufidah
di jelaskan : ketahuilah sesungguhnya yang ashoh menurut pendapat ulama
mutaakhirin (yang akhir-akhir) seperti syekh ibnu hajar dan lainnya. Yaitu
boleh pindah madzab kemadzab lain dari beberapa madzab yang telah dibukukan,
meskipun hanya untuk keinginan, baik pindahnya itu untuk selamanya atau didalam
sebagian kejadian.
- Sab’atu Kutubi al-mustafidah, hal. 160 (belum ditulis)
Terjemah:
Yang
ashoh, sesungguhnya orang awab (al-am) boleh memilih antara mengikuti pendapat
orang yang dikendaki meskipun pendapat yang diungguli disisinya, padahal ada
yang lebih afdlol. Selama ia tidak berturut-turut mengikuti yang ringan
(rukhsoh) bahkan meskipun berturut-turut (juga boleh ) menurut apa yang
dikatakan oleh imam izzuddin bin ‘abdi salam dan lain-lainnya.
- Hamisy I’anatu al-Tholibin, II : 59
وقال السيوطي: كثيرا ما يقول أصحابنا بتقليد أبي حنيفة في
هذه المسألة، إذ هو قول للشافعي قام الدليل على رجحانه. وحينئذ تقليد أحد هذين
القولين أولى من تقليد أبي حنيفة.[1][2]
Terjemah:
Dengan
demikian, mengikuti salah satu dari dua pendapat ini lebih baik dari mengikuti
madzab abi hanifah.
- Al-Fawaidu Al-Madaniyah al-Qubro (belum ditulis)
Terjemah:
Mengikuti
pendapat atau wajah dhoif didalam
madzabnya dengan syarat-syaratnya, itu lebih utama dari pada mengikuti
madzab-madzab lain, karena mengumpulkan sarat-saratnya.
- Jam’ur Risalatain Fi ta’addudil Jum’atain, hal. 14 (belum ditulis)
Terjemah:
Taqlid
(mengikuti) pendapat qoul qodim itu lebih baik dari pada mengikuti madzab yang
berbeda dengan (madzabnya). Karena itu memerlukan menjaga madzab yang
diikutinya. Dalam wudlu, mandi dan semua syarat-syarat. Hal ini sulit bagi
selain yang mengetahui. Maka berpegang teguh kepada pendapat-pendapat imanya
yang dhoif itu lebih baik dari pada
keluar menuju madzab yang lain.
Mas’alah:
Andaikann
jam’iyah NU baik di tingkat cabang wilayah atau pengurus besar membuat suatu
ketentuan : bahwa semua anggota DPR/DPRD yang dicalonkan oleh jam’iyah NU
apabila telah dilantik maka diwajibkan member dana kepada jam;iyah sekian
persen dari penghasilan bulanan anggota DPR/DPRD.
Pertanyaan:
Apakah
ketentuan semacam itu menjadi wajib syar’an yang harus di taati dengan
pengertian yusabu ‘ala failihi wayu ‘aqobu ‘ala tarkihi?
Jawab:
Hukumnya
anggota DPR menetapi janji kepada jam’iyah NU itu wajib syar’an sebab :
termasuk isti’jar al manafi’ atau iqrar Min babi wujubi itha’ati ulil amri.
Dasar Pengambilan Dalil:
- Al-I’anatu al-tholibin, III : 109.
Terjemah:
Betul
berlaku baginya menjual belikan hak melewati. Hal ini usaha memiliki
kemanfaatan dengan ganti rugi yang jelas (ma’lum). Sesungguhnya itu bukan murni
jual beli tetapi disitu berbau sewa. Dikatakan jual beli karena memandang
sighotnya (transaksinya) semata dan dikatakan sewa/kontrak menurut artinya
…..s/d.. adapun yang terjadi bagi beban atau tanggung jawab. Maka syarat
didalamnya harus menerima ongkos (seketika) dalam satu majlis (waktu
transaksi).
Mas’alah:
Sama-sama
kita ketahui bahwa jenazah yang tergilas oleh kendaraan mendapat visum dari
dokter baik lahir maupun batin. Sampai-sampai di bedel dada dan otaknya,
padahal hal ini terlarang. Bolehkah kita diam dan tidak berjuang untuk merubah
aturan semacam ini?
Jawab:
Tidak
boleh, untuk membatasi kemungkinan- kemungkinan lain, maka perlu adanya
usaha-usaha melalui lembaga perundang-undangan guna meluruskan masalah ini.
Dasar Pengambilan Dalil:
- Al-Asybah Wannadloir, hal. 107
Terjemah:
Tidak
perlu diingkari hal yang masih dipertentangkan (muktalaf alaih) namun perlu di
ingkari hal yang sudah menjadi kesempatan (mujma’ alaih) yang dilanggar.
- Bughyatul Mustarsyidin, hal. 251
ولا يجوز لأحد التقاعد عن ذالك والتغافل عنه وإن علم أنه
لايفيد
Terjemah:
Tidak
boleh bagi seseorang diam diri terhadap hal tersebut (kemungkaran) dan
melupakan dirinya, meskipun diketahui tidak akan bertindak (sia-sia).
Mas’alah:
Banyak
di pedasaan, perkotaan kegiatan-kegiatan social yang dilakukan oleh umat islam
yang dinamakan kumpulan kematian denghan syarat /perjanjian antara lain:
Tiap anggota harus membayar
Rp. 50,_ tiap bulan
Tiap-tiap anggota yang meninggal
dunia mendapat belanja kematian rata-rata Rp. 2000,-
Pertanyaan:
Bagi
anggota yang sudah lama, sudah barang tentu jumlah uang yang dibayarkan tiap
bulan tadi cukup banyak misalnya. Misalnya Rp. 5000,- tetapi anadaikata anggota
tersebut wafat tentunya dia hanya mendapat bantuan belanja kematian dari kumpulan tadi sebesar
Rp. 2000,- sehingga menurut perhitungan uang anggota tersebut masih sisa Rp.
3000,-
Uang sisa tadi menjadi milik
siapa?
Bagi anggota yang masih baru
sudah barang tentu uang yang dibayarkan kepada kumpulan masih sedikit, misalnya
Rp. 500,- tetapi andaikata dia wafat maka tentu akan mendapat belanja kematian
sebanyak Rp. 2000,-
Uang tambahan ini milik siapa?
Jawab:
Uang
tersebut milik jam’iyyah.
Dasar Pengambilan dalil:
- Dalilu al-falihin jilid. II : 576-577
Terjemah:
Dari
abi musa al-as’ari Ra. Ia berkata : Rosulullah Saw, bersabda: sesungguhnya
golongan as’ari kehabisan bekal di pertempuran, atau semakin menipis makanan
keluarganya dikota (madinah). Maka mereka semua mengumpulkan apa yang ada disisinya
pada pakaian satu, kemudian membaginya diantara mereka semua dengan sama dalam
satu tempat. Mereka semua golongan saya dan saya adalah termasuk dari golongan
mereka. (HR. mutafaq alaih).
- Takmilah al-majmu’, XIII : 155
Terjemah:
Terkadang
dikatakan sesungguhnya transaksi (ikatan) kepercayaan berlaku selamanya bersama
perkumpulan yang terbagi (giliran) bisa jadi dikatakan perkumpulan ta’awuniyah
(tolong menolong) atas kebaikan , dan berbuat baik untuk menolong teman-teman
yang masuk dalam daftar giliran.
- Asy syarwani, VI : 298
Terjemah:
Adapun
hibah ( pemberian) untuk tujuan /jalan yang umum, maka imam ghozali dala kitab
al-wajiz menyakini atas diperbolehkannya adan imam al-rofi’I diam dalam hal
itu. Kemudian ia menyatakan boleh jika dikatakannya : tujuan yang umum itu
menempati kedudukan masjid maka boleh memberikan hak milik dengan hibah.
Seperti bolehnya waqof terhadapnya maka yang menerima adalah al-Qodhi.
Persesuaian menyamakan hibah untuk umum dengan waqof padanya didalam
keafsahanya adalah tidak ada syarat harus diterima.
- Al-jami’lilahkamil Qur’an Qurtubi, hal. 33
Terjemah:
Wahai
orang-orang yang beriman tepatilah dengan janji. Az zujaj berkata artinya :
tepatilah kalian semua dengan janji Allah atas kalian semua dan janji kalian,
sebagian diantara kalian dengan sebagian yang lain
- Riyadlu sl-sholihin wa-syarhi dalailu al-falahin, II : 576-577
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya waris gono gini?
Jawab:
Hukumnya
boleh
Dasar Pengambilan Dalil:
- Bughyatul Mustarsyidin, 159
Terjemah:
Telah
bercampur harta benda suami istri dan tidak diketahui milik siapa yang lebih
banyak, dan tidak ada tanda-tanda yang dapat membedakan salah satu dari
keduanya, dan telah terjadi antara keduanya firqoh (cerai) s/d … betul. Apabila
telah terjadi kebiasaan/ adat yang berlaku, bahwa salah satu dari keduanya
lebih banyak kerjakerasnya (cara mendapatkannya) daripada satunya, maka
perdamaian (suluh) dan saling member atas sesame. Apabila tidak ada kesepakatan
atas sesuatu dari hal tersebut apa dari harta benda yang berada pada diri
suami, maka yang dibenarkan adalah pendapat suami dengan disertai sumpahnya
bahwa itu miliknya. Apabila harta itu ditangan keduanya maka masing-masing
menyumpah yang lainnya kemudian hartanya dibagi dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar