Ibnu Hajar – Mustahil Arah Pada Allah
By T. MUHAMMAD SYUHADA -
Setiap yang mengaku muslim, pasti mengakui dan yakin bahwa Allah maha tinggi, tidak ada seorang muslim pun yang mengingkari ketinggian-Nya, namum sebagian yang mengaku muslim salah dalam memahami maksud sifat maha tinggi Allah, mereka menyangka maha tinggi artinya Allah berada di arah atas paling tinggi, dan tanpa sadar telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, mereka menyangka hakikat sifat Allah dengan hakikat sifat makhluk sama saja, cuma berbeda kaifiyat nya, seakan yang tidak boleh sama Allah dan makhluk-Nya hanya dalam kaifiyat nya saja, sementara aqidah Ahlus sunnah waljama’ah tidak hanya membedakan dalam kaifiyat nya tapi juga membedakan dalam hakikat sifat nya, dzat dan sifat Allah sangat berbeda dengan dzat dan sifat makhluk-Nya, bukan bereda kaifiyat saja, oleh karena itu, Allah bersifat dengan maha tinggi, tapi bukan berarti Allah berada di arah atas, berada di arah atas adalah sesuatu yang tidak mungkin pada Allah (mustahil), karena dapat menimbulkan kekurangan bagi Allah dan keserupaan sifat dengan makhluk.Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani :
ولا يلزم من كون جهتي العلو والسفل مُحالاً على الله
أن لا يوصف بالعلو ، لأن وصفه بالعلو من جهة الـمعنى ، والـمستحيل كون ذلك
من جهة الحس، ولذلك ورد في صفته العالي والعلي والـمتعالي ، ولـم يرد ضد
ذلك وإن كان قد أحاط بكل شىءٍ علـماً
“Dan tidak melazimi dari keadaan dua arah (jihat) atas dan bawah itu
mustahil pada Allah, bahwa Allah tidak disifatkan dengan sifat tinggi
(uluw), karena sesungguhnya mensifati-Nya dengan sifat tinggi (uluw) itu
dari segi maknawi, sedangkan yang mustahil adalah keadaan demikian dari
segi hissi, dan karena demikian datang pada sifat-Nya Al-‘Aaliy dan
Al-‘Aliy dan Al-Muta’aliy, dan tidak datang lawan sifat demikian,
sekalipun adalah Allah itu meliputi ilmu dengan setiap sesuatu”.[ Fathul
Bari Syarah Shahih Bukhari Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani Jilid 6 Halaman
136].Perhatikan scan kitab di bawah ini
“Dan tidak melazimi dari keadaan dua arah (jihat) atas dan bawah itu mustahil pada Allah, bahwa Allah tidak disifatkan dengan sifat tinggi (uluw)”
Maksudnya : arah (jihat) atas dan bawah adalah mustahil (tidak mungkin) bagi Allah, maka tidak ada kemungkinan Allah berada di bawah bahkan di atas, baik di atas langit atau di atas ‘Arasy, akan tetapi ketidak-mungkinan ini tidak berarti Allah tidak bersifat dengan sifat tinggi (uluw), artinya Allah bersifat dengan sifat tinggi, tapi ketinggian Allah bukan berada di arah atas, karena arah atas mustahil pada Allah sebagaimana mustahil arah bawah pada-Nya.
لأن وصفه بالعلو من جهة الـمعنى ، والـمستحيل كون ذلك من جهة الحس
“karena sesungguhnya mensifati-Nya dengan sifat tinggi (uluw) itu dari segi maknawi, sedangkan yang mustahil adalah keadaan demikian dari segi hissi”
Maksudnya : ketika arah atas itu mustahil pada Allah tapi tidak otomatis Allah tidak bersifat dengan maha tinggi, karena tidak ada pertentangan antara sifat maha tinggi dengan kemustahilan arah atas pada-Nya, karena sifat tinggi (uluw) itu dari segi maknawi, tinggi dalam artian keagungan dan keluhuran-Nya, sementara yang mustahil itu adalah keberadaan dzat-Nya di arah atas, Allah bersifat dengan tinggi maknawi bukan dengan tinggi hissi, tinggi yang hissi inilah yang mustahil pada Allah, oleh karena itu, sekalipun arah atas mustahil pada Allah tapi Allah bersifat dengan sifat tinggi dalam artian tinggi martabat, yakni maha agung lagi maha luhur.
ولذلك ورد في صفته العالي والعلي والـمتعالي ، ولـم يرد ضد ذلك وإن كان قد أحاط بكل شىءٍ علـماً
“dan karena demikian datang pada sifat-Nya Al-‘Aaliy dan Al-‘Aliy dan
Al-Muta’aliy, dan tidak datang lawan sifat demikian, sekalipun adalah
Allah itu meliputi ilmu dengan setiap sesuatu”Maksudnya : karena tidak ada pertentangan antara mustahil arah atas dengan sifat tinggi Allah, maka diperdapatkan dalam Al-Quran dan Hadits sifat-sifat Allah seperti Al-‘Aaliy, Al-‘Aliy, Al-Muta’aliy dan sifat-sifat yang menunjuki kepada ketinggian dan keluhuran-Nya, dan tidak didapati lawan dari sifat tersebut, karena mustahil Allah bersifat dengan lawan sifat tersebut, sekalipun Allah mengetahui setiap sesuatu, baik dilangit atau dibumi, bahkan di dasar bumi sekalipun, tapi Allah tidak harus berada dilangit atau dibumi atau dimanapun.
Itulah cuplikan pernyataan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar secara jelas mengatakan bahwa arah atas adalah mustahil pada Allah. maha suci Allah dari arah dan tempat
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar