Selasa, 29 September 2015

TERNYATA WAHABILAH AHLUL BID'AH YANG SEBENARNYA MENURUT IBNU TAIMIYAH.

tentang hadiah pahala, Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barangsiapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahlul bid’ah.

Dalam Majmu’ fatawa jilid 24 halaman 306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah orang lain.

Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama Islam, dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah, dan ijma’ (konsensus) ulama’. Barang siapa menentang hal tersebut, maka dia termasuk ahlul bid’ah”.

Hal senada juga diungkapkannya berulang-ulang di kitabnya, Majmu’ Fatawa, diantaranya  pada Jilid yang sama hal 324. Sebagaimana scan kitab.

Minggu, 27 September 2015

Wahabi adalah pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.

Seorang ulama besar pensyarah Musnad imam Ahmad bin Hanbal yaitu syaikh Hamzah Ahmad az-Zain mensifati wahabi dengan pengikut madzhab hawa nafsu, pengkhianat ilmiyyah dan madzhab mereka seperti ular.

Ketika beliau mensyarah hadits nomer 23476 dalam kitab Musnad imam Ahmad, beliau berkomentar sebagai berikut :

إسناده صحيح ، كثير بن زيد وثقه أحمد ورضيه ابن معين ووثقه ابن عمار الموصلي وابن سعد ، وابن حبان ، وصلحه أبو حاتم ورضيه ابن عدي ولكن ضعفه النسائي ولينه أبو زرعة . وتمسك قوم بتضعيف النسائي وكلام أبي زرعة وتركوا كل هؤلاء لا لشيء إلا ليضعفوا هذا الحديث . وخطأ الحاكم والذهبي لأنهما صححاه في المستدرك 4 / 515 علماً بأنهم يوثقون كثير بن زيد في أماكن غير هذا ، ومعنى ذلك أن التوثيق والاتهام يخضع للأهواء والمذاهب وهذه خيانة علمية بحد ذاتها أما لماذا يضعفوه هنا ؟ فهذه سقطة علمية محسوبة عليهم يقولون إن في هذا دلي لم يجيز التمسح بالقبور . وهل كان أبو أيوب يتمسح بقبر النبي وهؤلاء عندهم عقدة من أي خبر فيه دنو من القبور وهذا أكبر دليل على بطلان مذهبهم ، فماذا يرجى من خونة للعلم ؟ ولا ندري مذهب هؤلاء . إنهم يدعون أنهم حنابلة تارة ولا مذهبية تارة أخرى . فلا تبعوا الحنابلة وقد خالفوا الذهبي وهو حنبلي ولا هم أثبتوا مذهباً واضحاً صريحاً يعرف لهم وإنما في مذهب كالحية

“ Isnadnya shahih, Katisr bin Zaid telah ditautsiq (dinilai tsiqah) oleh imam Ahmad dan disetujui Ibnu Ma’in, juga dinilai tsiqah oleh Ibnu Ammar al-Mushili, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban. Disetujui oleh Abu Hatim dan Ibnu Adi akan tetapi an-Nasai mendhaifkannya dan melayinkannya Abu Zar’ah. Sekelompok orang berpegang dengan penilaian dhaif an-Nasai dan kalam Abu Zar’ah dan mereka tidak memperdulikan ulama-ulama yang telah menilai tsiqah tersebut, bukan untuk apa-apa kecuali hanya untuyk mendhaifkan hadits ini saja. Kelompok itu menyalahkan al-Hakim dan adz-Dzahabi yang telah menshahihkan hadits tersebut dalam kitab Mustadraknya 4/515, karena kedua imam ini mengetahui bahwa para ulama tersebut menilai tsiqah Katsir bin Zaid di bab-bab selain ini.

Makna dari ini semua bahwasanya penilaian tsiqah dan ittiham adalah hanyalah berdasarkan hawa nafsu dan pemikiran-pemikiran mereka. Ini adalah pengkhianatan terhdap keilmiyahan…

Aku tidak mengetahui apa madzhab mereka? Mereka mengaku bermadzhab Hanbali terkadang mengaku tidak bermadzhab dan tidak mngeikuti madzhab hanbali, dan mereka pun telah menentang adz-Dzahabi padahal adz-Dzahabi bermadzhab Hanbali. Mereka tidak menetapkan satu madzhab yang jelas untuk dikenali, sesungguhnya mereka di dalam madzhab seperti ular “.

(Musnad Ahmad : juz 14 halaman : 42 hadits nomer : 23476)

Sabtu, 26 September 2015

JANGAN PERNAH MENUNDA AMAL BAIK


‏Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Jika kamu melihat seorang yang mengerjakan ketaatan kepada Allah,maka ketahuilah bahwa ketaatan tersebut mendatangkan saudara-saudara lain (ketaatan-ketaatan lain) baginya. Dan jika kamu melihat seorang yang mengerjakan maksiat kepada Allah, maka ketahuilah bahwa maksiat tersebut mendatangkan saudara-saudara (maksiat-maksiat lain) baginya, karena sesungguhnya sebuah ketaatan menunjukkan kepada saudaranya (ketaatan lainnya) dan sebuah maksiat menunjukkan kepada saudaranya (maksiat lainnya).

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻯ : "ﺇﻥ ﻣﻦ ﺟﺰﺍﺀ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﺑﻌﺪﻫﺎ، ﻭﻣﻦ ﻋﻘﻮﺑﺔ ﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺍﻟﺴﻴﺌﺔُ ﺑﻌﺪﻫﺎ، ﻓﺈﺫﺍ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻮﻓﻘﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ، ﻭﻳﺼﺮﻓﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ، ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺴﻦ : " ﻳﺎ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻓﻰﺯﻳﺎﺩﺓ ﻓﺄﻧﺖ ﻓﻰ ﻧﻘﺼﺎﻥ ".

Imam Hasan Al Bashri berkata: “ Sesungguhnya balasan kebaikan adalah kebaikan sejenis setelahnya, dan sanksi keburukan adalah keburukan setelahnya, jika Allah menerima amal seorang hamba, maka Dia akan memudahkannya melakukan ketaatan, menjauhkan dari kemaksiatan. Beliau juga berkata: “ Wahai anak Adam, jika tidak bertambah maka ketaatan kalian akan berkurang.

Harapan tinggallah harapan jika tidak disertai tindakan, impian tinggallah impian jka tidak selaras dengan kemampuan.

Oleh karena itu, Lakukanlah menurut kemampuan yang ada, jangan berniat untuk menunda, hanya dengan alasan ada kemungkinan kita tidak mendapatkan apa apa.

Sesungguhnya Tidak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan, krn yg pasti akan ada pelajaran disetiap langkah yg kita tinggalkan.