Bukan kali pertama sketsa politik
dan kuasa melibatkan wanita. Pesona wanita sungguh berdaya magnet luar
biasa. Ada orang yang sanggup melampaui godaan harta dan takhta, tetapi
lumpuh menghadapi bujuk rayu wanita. Boleh jadi banyak pria mampu
meretas berbagai masalah, tetapi tidak berkutik di bawah ketiak wanita.
Kecintaan kepada wanita memang
merupakan fitrah manusia. “Dijadikan indah untuk manusia kecintaan pada
segala yang diinginkan, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak,
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah
tempat kembali yang baik” (QS Ali Imran: 14).
Sejarah juga mencatat, wanita kerap
digunakan sebagai umpan. Inilah yang dilakukan kaum kafir Makkah ketika
hendak menghalangi dakwah Nabi Muhammad. Namun, manusia mulia itu tegas
menolak seraya berkata, “Demi Allah, andaikan matahari diletakkan di
tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, niscaya aku tidak akan
berhenti dari dakwah sampai Allah memenangkan agama ini di atas
selainnya.”
Kendati begitu, tidak mudah berlepas
diri dari pesona kaum Hawa. Itulah yang pernah dirasakan manusia
sekaliber Nabi Yusuf. Semata karena pertolongan Allah, Nabi Yusuf dapat
selamat dari rayuan Zulaikha, istri Raja Mesir itu. “Sungguh wanita itu
telah menginginkan Yusuf, dan Yusuf juga menginginkan wanita itu,
andaikata dia tidak melihat tanda dari Tuhannya. Demikianlah, Kami
palingkan Yusuf dari kemungkaran dan kekejian. Sungguh Yusuf termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih” (QS Yusuf: 24).
Bahkan, muasal teguran Allah kepada
Nabi Dawud adalah karena menikahi Sabigh binti Syaigh, wanita pinangan
Uria bin Hannan (QS Shad: 21-26). Tepatlah kenapa Nabi Muhammad
mewanti-wanti kita agar senantiasa bersikap ekstrawaspada terhadap
wanita.
“Sungguh dunia itu manis dan
menghijau. Dan sungguh Allah menjadikanmu sebagai khalifah di dalamnya.
Maka Allah akan melihat apa yang kamu kerjakan. Maka takutlah kepada
dunia dan wanita. Karena sungguh fitnah pertama yang menimpa Bani Israil
adalah dalam hal wanita” (HR Muslim).
Dalam hadis lain juga dinyatakan
secara tegas, “Tidak aku tinggalkan pada manusia godaan yang lebih
dahsyat bahayanya bagi kaum pria kecuali godaan kaum wanita” (HR
Tirmidzi). Dan fakta membuktikan, tidak sedikit orang besar terjatuh
dalam kehinaan akibat tidak berdaya menghadapi wanita. Hasrat memiliki
harta dan takhta belum dirasakan sempurna tanpa aroma wanita. Berhasil
menggenggam ketiganya akan memunculkan kepuasaan tiada tara.
Lihatlah para penggenggam harta dan
takhta. Mereka yang mulanya tampak arif dan setia pada keluarga,
tiba-tiba terjerembab dalam perkara wanita. Karier yang moncer habis
tiada sisa untuk ‘membeli’ wanita yang secara fisik menggoda dan
mempesona. Karier Bill Clinton digoyang oleh kedekatannya dengan Monica
Lewinsky. Direktur CIA Jendral Petraeus jatuh dari tampuk kuasa
gara-gara terlibat perselingkuhan dengan Paula Broadwell, seorang
penulis biografi.
Pengalaman negeri ini tidak jauh
berbeda. Ironis. Tidak seharusnya wanita menjadi alat komoditi dan
eksploitasi. Islam telah mendudukkan wanita dalam posisi yang sangat
mulia. Martabatnya sebagai ibu bangsa. Pada pundak wanita, terletak masa
depan tunas-tunas bangsa. Kisah perselingkuhan, gratifikasi, dan
semacamnya yang melibatkan wanita jelas mencederai martabat ibu bangsa
sekaligus bertentangan dengan Islam.
Tidak kalah penting, perlu adanya
kesadaran dalam diri wanita. Kehendak menjadi ‘alat umpan’ kerap
bermotif ingin meraup dunia tanpa bekerja. Saatnya wanita jangan
menghinakan dirinya. Wanita adalah bunga dan perhiasan yang menjadi
tempat berlabuh kebahagiaan keluarga. Itulah wanita shalihah. Yaitu
wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
berada di tempat (QS An-Nisa: 34).
Sumber: http://www.republika.co.id
binatang qurban baik kambing atau sapi yang baik sesuai syarat sah untuk qurban, semoga banyak yang dapat merasakan bahagia mendapatkan qurban
BalasHapus