“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon suami)
untuk menjaga istrinya…
Dan motivasi hebat buat
para istri (dan calon istri) untuk tetap
mencintai suaminya…
Barangkali di antara antum maunpun anti sudah
pernah membaca maupun mendengar kisah ini, karena saya lihat di search engine
juga banyak artikel yang sama, namun demikian tidak ada salahnya di posting
ulang agar yang belum tau ceritanya juga dapat mengambil ibrah dari kisah ini..
Selamat Membaca ^_^
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2
saja menurutku. Meskipun menjelang
pernikahan selalu terjadi
konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke
kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar
anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia
workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang
kerja, dan saat dia pulang kerja, itu pun kalau aku masih bangun. Karena waktu
ta’aruf dulu dia memang tampak tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2
seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang
pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau
kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan
obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran
di kamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali
tertawa lepas. Karena dia
sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak
suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun
pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu
suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di
kantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS,
karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat
dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan
diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana,
tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia
miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara,
seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana
dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2
maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu
mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario
selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam,
sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu,
karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang
bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat
iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat 2-5 bulan lalu ada perubahan
yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x.
Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat
lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang
Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario
sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta
lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk
kedalam ruangan kami, dan menyapa dengan suara riangnya,
“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu (Mario)
yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini
piringnya”, canda meisha pada mario lalu dia terus mengajak Mario bercerita
sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi
itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak
pernah melihat tatapan penuh cinta yang
terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku
yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia
membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia
mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari
rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah
payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang
tahun perkawinan kami kemarin.
Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya
dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat
perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan
donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2,
kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya
yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku
mencintai perempuan berhati
bidadari
itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta,
aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik
berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti
ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku, “Mama,
mau lihat surat papa buat tante Meisha?”
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat
elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang
gemerlap
yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh
cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi
yang mengharuskan aku mencintainya, karena
dia ibu dari anak2ku. Ketika aku menikahinya, aku tetap
tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar
seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan
rindu
yang tidak pernah padam ketika aku
tidak menjumpainya. Aku hanya
tidak ingin menyakiti perasaannya.
Ketika konflik2 terjadi saat kami ta’aruf
dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya
bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi
kekosongan
hatiku.
Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku
menikahinya. Aku tidak tahu, bagaimana caranya
menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika
cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang
tumbuh kokoh tanpa pernah
mendapat siraman dari
pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2
belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh
dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena
kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen
pernikahan
kami.
Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima
bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama
aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku,
tapi tidak jiwaku dan cintaku,
yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok
yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the
only one in my heart.
yours, Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku
memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku
yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah
mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia
bersamaku. Dia mencintai perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku.
Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku
simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan
untuknya.
Mobil yang dia berikan
untukku aku kembalikan padanya. Aku
mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku
belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena
aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan
baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena
aku malu terlalu lama ta’aruf, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata
dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu,
bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang
dari suaminya ? Kenapa dia
tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku
? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan
mengangguk dan melamarku lalu menikahiku.
Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap
merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu
terus di dalam hatinya. Dengan pura2
tidak tahu, aku sudah membuatnya
bahagia dengan mencintai
perempuan itu. Kebahagiaan
Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu
mencintainya.
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata
berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
“Mario, suamiku….Aku tidak pernah menyangka
pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu,
akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku
begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa
senangnya aku ketika aku tidak bertepuk
sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu
posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja,
dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam
dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan
banyak pria, telah memenuhi
ruang
hatimu dan kamu
terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat
sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari
seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika
berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu?
dia sudah menikah, dan
aku sudah memilihmu menjadi
istriku?” Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal,
memintamu melamarku. Engkau tidak pernah
bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan
cintamu. Aku bukanlah
wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu, Rima” Di surat yang lain,
“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah,
engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku
tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat
cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang
Meisha……”
Disurat yang kesekian,
“…….Aku bersumpah, akan membuatmu
jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, Mario. Engkau
lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang
dan berteriak
jika emosi.
Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak
lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu.
Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu,
untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu
jika engkau sakit, aku tidak kesal
saat engkau tidak mau aku suapi, aku
menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat
engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu
bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari
matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”
Meisha menghapus air mata
yang terus mengalir dari kedua mata
indahnya…
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun
pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun
ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar
membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena
waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat
sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan
menyuruhku segera
ganti baju supaya
tidak sakit. Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun
kita ta’aruf, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat
sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu
?………”
Kemudian setelah selesai membaca surat itu
tiba-tiba Jelita menatap Meisha, dan bercerita, “Siang itu Mama menjemputku
dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan
diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya
kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti
siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku
selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama
menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan
tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih
memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……”. Tukas Jelita memeluk Meisha dan
terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi
dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia
print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, Karena Meisha
sangat berharap agar Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima
berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku.
Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat
khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku
memiliki dia. Hatiku mulai bergetar….
Inikah tanda2 aku mulai mencintainya?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang
engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise
untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik
motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia
belahan jiwaku….
Meisha menatap Mario yang
tampak semakin ringkih, yang masih
terduduk disamping nisan Rima istrinya. Di
wajahnya tampak duka yang dalam.
Semuanya telah terjadi, Mario……
Kadang kita baru menyadari mencintai
seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.…
Kemelut dalam rumah tangga antara suami dan istri
adalah bunga-bunga
kehidupan, dan semestinya dihadapi dengan hati tenang dan lapang agar jangan
saling mencerca, aniaya lidah maupun tangan, dan sekali-kali jangan pula
mengambil keputusan agar bersegera ke perceraian. cobaan ALLAH didalam
rumah tangga itu selalu ada maka ALLAHlah yang Maha Berkuasa dan kepada-Nya
tempat kembali.
ALLAH Subahana wa Ta’ala Berfirman :
“Dan pergaulilah isterimu dengan cara yang baik
maka jika kamu tidak menyukainya barangkali sesuatu yang kamu tidak sukainya
itu justru Allah akan menjadikan padanya kebaikan yang sangat banyak.”
(an-Nisa’: 19)
Wallahu A’lam..akan tetapi setiap orang yang akan
kembali ke rahmat ALLAH, ALLAH menjadikan diri orang yang akan kembali itu
untuk meninggalkan tanda-tanda kepada orang-orang disekitarnya bahwa ia akan
kembali ke sisi Rabbnya, akan tetapi sebahagian manusia tiada sadar.
Saya teringat di masa masih duduk di SMU dulu
dengan salah seorang akhi sahabat dekat saya, yang setelah shalat jum’at dia
datang ke rumah saya dan mengajak saya ke tempat seorang teman yang dia merasa
bersalah padanya dan ingin meminta maaf kepadanya. sayapun memaksakan diri
menurutinya, saya masih ingat raut wajahnya yang begitu serius saat itu.
setelah sampai di rumah yang dimaksud, sang akhi tampak gundah gulana untuk
menyampaikan maksudnya dan berkata “aku ini jantan..dan harus melakukannya”,
saya begitu takjub dengan sikapnya kala itu. setelah maksudnya tersampaikan,
pada hari minggu kemudian akupun mendengar kabar yang sangat membuat pilu
hatiku bahwa dia telah tiada karena kecelakaan. demikianlah tanda-tanda
kekuasaan ALLAH, sungguh..segala kehendak ALLAH pasti terjadi dan tiadalah
baginya penolong selain pertolongan ALLAH. la haula wala quwwata illa
billah
mohon maaf akan kurangnya fasilitas yang tidak
menyediakan sapu tangan jika ada yang merintikkan air matanya karena membaca
kisah ini ataupun ruangan khusus sebagai tempat antum atau anti menangis
sekeras-kerasnya. Just kidding.. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar