Senin, 19 Agustus 2013

Perempuan Yang Dicintai Suamiku, Cinta Yang Tumbuh Setelah Cinta Itu Tiada, Mengambil Ibrah Dari Sebuah Kisah Berikut Untuk Menjadi Renungan Dan Motivasi Untuk Suami Istri



“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon suami) untuk menjaga istrinya…
Dan motivasi  hebat  buat  para  istri  (dan  calon  istri) untuk  tetap  mencintai  suaminya…
Barangkali di antara antum maunpun anti sudah pernah membaca maupun mendengar kisah ini, karena saya lihat di search engine juga banyak artikel yang sama, namun demikian tidak ada salahnya di posting ulang agar yang belum tau ceritanya juga dapat mengambil ibrah dari kisah ini..
Selamat Membaca ^_^
Kehidupan pernikahan  kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun  menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itu pun kalau aku masih bangun. Karena waktu ta’aruf dulu dia memang  tampak tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak2 kami,  dia  jarang  sekali  tertawa  lepas.  Karena  dia  sangat  pendiam,  aku  menyangka  dia memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di  suatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu  cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh  cinta,  ketika  dia  berbicara,  seakan2  waktu  berhenti  berputar  dan  terpana  dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario  sangat pendiam, sehingga jarang punya teman  yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu  dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat 2-5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kedalam ruangan kami, dan menyapa dengan suara riangnya,
“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu (Mario)  yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya”, canda meisha pada mario lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi  Mario,  tiba2  saja  sepiring  nasi  itu  sudah  habis  ditangannya.  Dan….aku  tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku  melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir  tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan  cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?”
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah  merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena  kondisi  yang   mengharuskan  aku  mencintainya,  karena  dia  ibu  dari  anak2ku. Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu,  tidak  ada perasaan rindu yang tidak pernah   padam   ketika   aku   tidak   menjumpainya.   Aku   hanya   tidak   ingin   menyakiti perasaannya.
Ketika konflik2 terjadi saat kami ta’aruf dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup  mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi  kekosongan  hatiku.   Hatiku  tetap  terasa  hampa,  meskipun  aku  menikahinya. Aku  tidak  tahu,  bagaimana  caranya  menumbuhkan  cinta  untuknya,  seperti  ketika  cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin  yang tumbuh kokoh tanpa pernah
mendapat  siraman  dari  pemiliknya.  Seperti  pepohonan  di  hutan2  belantara  yang  tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan  selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh  hartaku  dan  tubuhku,  tapi  tidak  jiwaku  dan  cintaku,  yang  hanya  aku  berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.
yours, Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku  tidak  pernah  mencintaiku.  Dia  tidak  pernah  bahagia  bersamaku.  Dia mencintai  perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil  yang  dia  berikan  untukku  aku  kembalikan  padanya.  Aku  mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku.  Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama ta’aruf, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia  cuma  diam  dan  mengangguk  dan  melamarku  lalu  menikahiku.  Betapa  malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai  perempuan  itu  terus  di  dalam  hatinya.  Dengan  pura2  tidak  tahu,  aku  sudah membuatnya   bahagia   dengan   mencintai   perempuan   itu.   Kebahagiaan   Mario   adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
“Mario, suamiku….Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali  bekerja  di  kantormu,  akan  membawaku  pada  cinta  sejatiku.  Aku  begitu  terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk
sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi  ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti   cemburu?   dia   sudah   menikah,   dan   aku   sudah   memilihmu   menjadi   istriku?” Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang  aku  menyesal,  memintamu  melamarku.  Engkau  tidak  pernah  bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu, Rima” Di surat yang lain,
“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……”
Disurat yang kesekian,
“…….Aku bersumpah, akan  membuatmu  jatuh  cinta  padaku.  Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah  kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu  jika  engkau  sakit,  aku  tidak  kesal  saat  engkau  tidak  mau  aku  suapi,  aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”
Meisha  menghapus  air  mata  yang  terus  mengalir  dari  kedua  mata  indahnya…
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya. Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu.  Engkau  memelukku,  dan  menyuruhku  segera     ganti     baju    supaya     tidak    sakit. Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita ta’aruf, dan hampir 9 tahun kita menikah,  baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………”
Kemudian setelah selesai membaca surat itu tiba-tiba Jelita menatap Meisha, dan bercerita, “Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh  aku   melihat  keceriaan  diwajah  mama,  dia  terus  melambai-lambaikan  tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……”. Tukas Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, Karena Meisha sangat berharap agar Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu  berusaha  menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya  aku  memiliki  dia.   Hatiku   mulai  bergetar….  Inikah  tanda2  aku  mulai mencintainya?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan  memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik  motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….
Meisha  menatap  Mario  yang  tampak  semakin  ringkih,   yang  masih  terduduk disamping  nisan  Rima istrinya.  Di  wajahnya  tampak  duka  yang  dalam.  Semuanya  telah  terjadi, Mario……
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.
Kemelut dalam rumah tangga antara suami dan istri adalah bunga-bunga kehidupan, dan semestinya dihadapi dengan hati tenang dan lapang agar jangan saling mencerca, aniaya lidah maupun tangan, dan sekali-kali jangan pula mengambil keputusan  agar bersegera ke perceraian. cobaan ALLAH didalam rumah tangga itu selalu ada maka ALLAHlah yang Maha Berkuasa dan kepada-Nya tempat kembali.
ALLAH Subahana wa Ta’ala Berfirman :
“Dan pergaulilah isterimu dengan cara yang baik maka jika kamu tidak menyukainya barangkali sesuatu yang kamu tidak sukainya itu justru Allah akan menjadikan padanya kebaikan yang sangat banyak.” (an-Nisa’: 19)
Wallahu A’lam..akan tetapi setiap orang yang akan kembali ke rahmat ALLAH, ALLAH menjadikan diri orang yang akan kembali itu untuk meninggalkan tanda-tanda kepada orang-orang disekitarnya bahwa ia akan kembali ke sisi Rabbnya, akan tetapi sebahagian manusia tiada sadar.
Saya teringat di masa masih duduk di SMU dulu dengan salah seorang akhi sahabat dekat saya, yang setelah shalat jum’at dia datang ke rumah saya dan mengajak saya ke tempat seorang teman yang dia merasa bersalah padanya dan ingin meminta maaf kepadanya. sayapun memaksakan diri menurutinya, saya masih ingat raut wajahnya yang begitu serius saat itu. setelah sampai di rumah yang dimaksud, sang akhi tampak gundah gulana untuk menyampaikan maksudnya dan berkata “aku ini jantan..dan harus melakukannya”, saya begitu takjub dengan sikapnya kala itu. setelah maksudnya tersampaikan, pada hari minggu kemudian akupun mendengar kabar yang sangat membuat pilu hatiku bahwa dia telah tiada karena kecelakaan. demikianlah tanda-tanda kekuasaan ALLAH, sungguh..segala kehendak ALLAH pasti terjadi dan tiadalah baginya penolong selain pertolongan ALLAH. la haula wala quwwata illa billah
mohon maaf akan kurangnya fasilitas yang tidak menyediakan sapu tangan jika ada yang merintikkan air matanya karena membaca kisah ini ataupun ruangan khusus sebagai tempat antum atau anti menangis sekeras-kerasnya. Just kidding.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar