Sabtu, 10 Agustus 2013

KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JAWA TIMUR DI PP AN-NUR TEGAL REJO PRAMBON NGANJUK TGL 26-27 SYAWAL 1401 H/ 26-27 AGUSTUS 1981 M


Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya mengerjakan proses bayi tabung. Bayi tabung ialah bayi yang dihasilkan bukan dari persetubuhan, tetapi dengan cara mengambil mania tau sperma laki-laki dan sel telur wanita, lalu dimasukan kedalam suatu alat dalam waktu beberapa hari lamanya. Setelah hal tersebut dianggap mampu menjadi janin, maka dimasukkan kedalam rahim ibu.
Jawab:
Hukumnya tafsil sbb:
Apabila sperma yang di tabung dan yang dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata bukan sperma suami istri, maka hukumnya haram.
Dan apabila sperma/mani yang ditabung tersebut sperma suami istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtarom, maka hukumnya juga haram.
Bila sperma yang ditabung itu sperma/mani suami istri dan cara mengeluarkannya muhtarom, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri maka hukumnya boleh.

Keterangan:
Mani muhtarom adalah yang keluar atau dikeluarkan dengan cara yang diperbolehkan oleh syara’
Tentang anak yang dihasilkan dari sperma, tersebut dapat ilhaq atau tidak kepada pemilik mani terdapat perbedaan pendapat antara imam ibnu hajar dan imam romli
Menurut imam ibnu hajar tidak bisa ilhaq kepada pemilik mani secara mutlaq ( baik muhtarom atau tidak ) sedang menurut imam romli anak tersebut dapat ilhaq kepada pemilik mani dengan syarat keluarnya mani tersebut harus muhtarom.

Dasar pengambilan Dalil:
Al-jami’ul Shoghir hadis no. 8030
مامن ذنب بعد الشرك أعظم عند الله من نطفة وضعها رجل فى رحم لايحل له. رواه ابن الدنا عن الهشيم بن مالك الطائ الجامع الصغير 8030
Terjemah:
            Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik (mensekutukan Allah ) disisi Allah dari pada maninya seorang laki-laki yang ditaruh pada rahim wanita yang tidak halal baginya. ( HR. ibnu abiddunya dari hasyim bin malik al-thoi)
Hikmatu Tasyri’wal Safatuhu, II : 48
من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فلا يسقين ماءه زرع أخيه
Terjemah:
            Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali menyiram air (maninya ) pada lahan tanaman (rahim) orang lain.
Al-Qolyubi, IV : 32
ولو أتت بولد عُلِمِ أنه ليس منه مع إمْكَانِه مِنْهُ ( لَزِمَهُ نَفْيُهُ ) لِأَنَّ تَرْكَ النَّفْيِ يَتَضَمَّنُ اسْتِلْحَاقَ مَنْ لَيْسَ مِنْهُ حَرَامٌ.
Terjemah:
            Apabila seoarang perempuan datang dengan membawa anak, dan diketahui bahwa anak tersebut bukan dari suaminya, dan dapat mungkin dari suaminya (namun secara yakin tidak dari suaminya). Maka wajib meniadakan (menolak mengakui), karena bila tidak dilaksanakan penolakan, dapat dimasukan nasab dari orang yang tidak haram (suaminya).
( وَلَوْ أَتَتْ بِوَلَدٍ عَلِمَ أَنَّهُ لَيْسَ مِنْهُ ) مَعَ إمْكَانِ كَوْنِهِ مِنْهُ ( لَزِمَهُ نَفْيُهُ ) لِأَنَّ تَرْكَ النَّفْيِ يَتَضَمَّنُ اسْتِلْحَاقَهُ ، وَاسْتِلْحَاقُ مَنْ لَيْسَ مِنْهُ حَرَامٌ وَطَرِيقُ نَفْيِهِ اللِّعَانُ الْمَسْبُوقُ بِالْقَذْفِ فَيَلْزَمَانِ أَيْضًا وَإِنَّمَا يَلْزَمُهُ قَذْفُهَا إذَا عَلِمَ زِنَاهَا ، أَوْ ظَنَّهُ كَمَا تَقَدَّمَ فِي جَوَازِهِ ، وَإِلَّا فَلَا يَقْذِفُهَا لِجَوَازِ أَنْ يَكُونَ الْوَلَدُ مِنْ وَطْءِ شُبْهَةٍ قَالَهُ الْبَغَوِيّ وَغَيْرُهُ ( وَإِنَّمَا يَعْلَمُ ) أَنَّ الْوَلَدَ لَيْسَ مِنْهُ ( إذَا لَمْ يَطَأْ ) ( أَوْ ) وَطِئَ وَ ( وَلَدَتْهُ لِدُونِ سِتَّةِ أَشْهُرٍ مِنْ الْوَطْءِ ) الَّتِي هِيَ أَقَلُّ مُدَّةِ الْحَمْلِ ( أَوْ فَوْقَ أَرْبَعِ سِنِينَ ) الَّتِي هِيَ أَكْثَرُ مُدَّةِ الْحَمْلِ ( فَلَوْ وَلَدَتْهُ لِمَا بَيْنَهُمَا ).[5]

Bujairimi Iqna’ IV : 36
( الحاصل ) المراد بالمنى المحترام حال خروجه فقط على ما اعتمده مر وان كان غير محترم حال الدخول، كما اذا احتلم الزوج وأخذت الزوجة منيه فى فرجها ظانة أنه من منىّ اجنبى فإن هذا محترم حال الخروج وغير محترم حال الدخول وتجب العدة به إذا طلقت الزوجة قبل الوطء على المعتمد خلافا لإبن حجر لأنه يعتبر أن يكون محترما فى الحالين كماقرره شيخنا.
Terjemah:
            (kesimpulan) yang dimaksud mani muhtarom (mulya) adalah pada waktu keluarnya saja, seperti yang dikuatkan imam romli, meskipun tidak muhtarom padawaktu masuk. Contoh : suami bermimpi keluar mani, dan istrinya mengambilnya ( air mani tersebut) lalu dimasukan kefarjinya dengan persangkaan, bahwa air mani tersebut milik laki-laki lain (bukan suaminya) maka hal ini dinamakan mani muhtarom keluarnya, tapi tidak muhtarom waktu masuknya kefarji, dan dia wajib punya iddah (masa penantian) jika suaminya menceraikan sebelum disetubui. Menurut yang mu’tamad, berbeda dengan pendatnya imam ibnu hajar yang mengatakan, kreterianya harus muhtarom keduanya (waktu masuk dan keluar) seperti ketetapan dari syaikuna ( Rofi’I Nawawi).
Kifayatu Al-akhyar, II : 113
لو إستمنى الرجل منية بيد امرأته او امته جاز لأنها محل استمتاعها
Terjemah:
            Jika seorang suami sengaja mengeluarkan air maninya dengan perantara tangan istrinya, atau tangan perempuan amatnya, maka boleh, karena perempuan tersebut tempat istima’ (senang-senang) bagi seorang suami.
Tuhfa, VI : 431 ( belum ketemu )
Al-bajuri, II : 172
Al-bughya : 238

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya cangkok mata?
Transplantasi kornea atau cangkok mata ialah mengganti selaput mata seseorang dengan selaput mata orang lain, atau kalau mungkin dengan selaput mata binatang. Jadi yang diganti hanya selaputnya saja bukan bola mata seluruhnya. Adapun untuk mendapatkan kornea / selaput mata ialah dengan cara mengambil bola mata seluruhnya dari orang yang sudah mati. Bola mata itu kemudian dirawat baik-baik dan mempunyai kekuatan paling lama 72 jam (tiga hari tiga malam). Sangat tipis sekali dapat dihasilkan cangkok kornea dari binatang.

Jawab:
            Hukumnya ada dua pendapat:
Haram, walaupun mayat itu tidak terhormat seperti mayitnya orang murtad. Demikian pula haram menyambung anggota manusia dengan anggota manusia lain, bahaya buta itu tidak sampai melebihi bahayanya merusak kehormatan mayit.

Dasar Pengambilan Dalil:
1)      Ahkamul Fuqoha, III : 58
مسألة : ماقولكم فى إفتاء مفتى ديار المصرية بجواز أخد حداقة الميت لوصلها إلى عين الأعمى. هل هو صحيح أولا ؟ قرر المؤتمر بأن ذلك الإفتاء غير صحيح ، بل يحرم أخد حداقة الميت ولو غير محترم كمرتد وحربى. ويحرم وصله بأجزاء الآدمى لأن ضرر العمى لايزيد على مفسدة إنتهاك حرمات الميت كما فى حاشية الرشيدى على ابن العماد. صحيفة 26 وعبارته : أماالآدمى فوجوده حنئيد كالعدم كما قال الحلبى على المنهج، ولوغير محترم كمرتد وحربى فيحرم الوصل به ويجب نزعه. انتهى. ولقول صلى الله عليه وسلم : كسر عظم الميت ككسره حيا ( رواه أحمد فى المسند وأبو داود وابن ماجه) وعن عائشة "كسر عظم الميت ككسر عظم الحى فى الإثم (رواه ابن ماجه عن أم سلمة) حديث حسن.
2)      Hasiah Ar-Rosidi ‘ala ibni ‘imad, hal, 26

Boleh disamakan dengan diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia, asalkan memenuhi 4 syarat :

1)      Karena dibutuhkan
2)      Tidak ditemukan selain dari anggota tubuh manusia
3)      Mata yang diambil harus dari mayit muhaddaroddam (halal darahnya)
4)      Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama

Dasar Pengambilan Dalil:
Fathul Jawad 26
وبقى مالم يوجد صالح غيره فيحتمل جواز الجبر بعظم الآدمى الميت كمايجوز للمضطر أكل الميت وإن لم يخش إلا مبيح التيمم. وجزم المدابغى بالجواز، حيث قال : فان لم يصلح إلاعظم الآدمى قدم نحو الحربى كالمرتد ثم الذمى ثم المسلم.
Terjemah:
            Dan masih ada, bila sudah tidak di jumapai yang baik boleh menambali (cangkok) dengan tulang orang yang sudah mati. Seperti halnya boleh memakan bangkai orang yang sudah mati meski tidak hawatir sampai batas diperbolehkannya tayamum. Dan imam al-madabighi yakin dengan hukum boleh, dia menyatakan jika tidak ada yang bagus (untuk menambal) kecuali tulang orang, maka dahulukanlah orang kafir harbi, orang murtad, lalu kafir dzimy, kemudian orang islam.
Al-mahali
وله أى للمضطر أكل أدمى ميت لأن حرمة الحى أعظم من حرمة الميت
Terjemah:
            Jika terpaksa dan yang ditemukan hanya bangkai orang mati, maka boleh memakannya, karena kehormatan orang yang masih hidup masih dikuatkan dari pada kehormatan orang yang sudah mati.
Bijaeromi iqna, IV : 272 (belum ditulis)
والأوجه كماهو ظاهر كلامهم عدم النظر إلى أفضلية الميت مع إتحادهما إسلاما وعصمة.
Terjemah:
            Menurut yang aujah, seperti penjelasan ahli fiqih tidak memandang pada istemewanya seorang mayit jika sama-sama islam dan terjaga.
Mughni Muhtaj, IV : 307
( وَلَهُ ) أَيْ الْمُضْطَرِّ ( أَكْلُ آدَمِيٍّ مَيِّتٍ ) إذَا لَمْ يَجِدْ مَيْتَةً غَيْرَهُ كَمَا قَيَّدَاهُ فِي الشَّرْحِ وَالرَّوْضَةِ ؛ لِأَنَّ حُرْمَةَ الْحَيِّ أَعْظَمُ مِنْ حُرْمَةِ الْمَيِّتِ.
Terjemah:
            Boleh bagi orang yang terpaksa makan bangkai orang ketika tidak di temukan lainnya, seperti alasan dalam kitab syarah dan kitab raudloh, karena kehormatan orang hidup lebih diutamakan dari pada orang mati.
وَلَهُ أَكْلُ آدَمِيٍّ. الشَّرْح : ( وَلَهُ ) أَيْ الْمُضْطَرِّ ( أَكْلُ آدَمِيٍّ مَيِّتٍ ) إذَا لَمْ يَجِدْ مَيْتَةً غَيْرَهُ كَمَا قَيَّدَاهُ فِي الشَّرْحِ وَالرَّوْضَةِ ؛ لِأَنَّ حُرْمَةَ الْحَيِّ أَعْظَمُ مِنْ حُرْمَةِ الْمَيِّتِ ، وَيُسْتَثْنَى مِنْ ذَلِكَ مَا إذَا كَانَ الْمَيِّتُ نَبِيًّا فَإِنَّهُ لَا يَجُوزُ الْأَكْلُ مِنْهُ جَزْمًا كَمَا قَالَهُ إبْرَاهِيمُ الْمَرْوَزِيُّ وَأَقَرَّهُ وَمَا إذَا كَانَ الْمَيِّتُ مُسْلِمًا وَالْمُضْطَرُّ كَافِرًا ، فَإِنَّهُ لَا يَجُوزُ لَهُ الْأَكْلُ مِنْهُ لِشَرَفِ الْإِسْلَامِ ، بَلْ لَنَا وَجْهُ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَكْلُ الْمَيِّتِ الْمُسْلِمِ وَلَوْ كَانَ الْمُضْطَرُّ مُسْلِمًا .
تَنْبِيهٌ : حَيْثُ جَوَّزْنَا أَكْلَ مَيْتَةِ الْآدَمِيِّ الْمُحْتَرَمِ لَا يَجُوزُ طَبْخُهَا وَلَا شَيُّهَا لِمَا فِيهِ مِنْ هَتْكِ حُرْمَتِهِ، وَيَتَخَيَّرُ فِي غَيْرِهِ بَيْنَ أَكْلِهِ نِيئًا وَمَطْبُوخًا وَمَشْوِيًّا.[6]
Al-Muhadzab, I : 251
وان اضطر ووجد آدميا ميتا جاز أكله لان حرمة الحى آكد من حرمة الميت.
Terjemah:
            Jika terpaksa dan yang di temukan hanya bangkai orang mati maka boleh memakannya, karena kehormatan orang yang masih hidup lebih di kuatkan dari pada orang yang sudah mati.
(والثانى) أنه يأكل الميتة لانه منصوص عليها والصيد مجتهد فيه وان اضطر ووجد آدميا ميتا جاز له أكله لان حرمة الحى آكد من حرمة الميت وان وجد مرتدا أو من وجب قتله في الزنا جاز له أن يأكله لان قتله مستحق وان اضطر ولم يجد شيئا فهل يجوز له أن يقطع شيئا من بدنه ويأكله فيه وجهان (قال) أبو إسحق يجوز لانه احياء نفس بعضو فجاز كما يجوز أن يقطع عضوا إذا وقعت فيه الآكلة لاحياء نفسه ومن أصحابنا من قال لا يجوز لانه إذا قطع عضوا منه كان المخافة عليه أكثر وان اضطر إلى شرب الخمر أو البول شرب البول لان تحريم الخمر أغلظ ولهذا يتعلق به الحد فكان البول أولى وان اضطر إلى شرب الخمر وحدها ففيه ثلاثة أوجه (أحدها) أنه لا يجوز أن يشرب لما روت أم سلمة رضى الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال (ان الله سبحانه وتعالى لم يجعل شفاءكم فيما حرم عليكم) (والثانى) يجوز لانه يدفع به الضرر عن نفسه فصار كما لو أكره على شربها (والثالث) أنه ان اضطر إلى شربها للعطش لم يجز لانها تزيد في الالهاب والعطش وان اضطر إليها للتداوي جاز).[7]

Al-qolyubi, I : 182
( وَلَوْ وَصَلَ عَظْمَهُ ) لِانْكِسَارِهِ وَاحْتِيَاجِهِ إلَى الْوَصْلِ .

Terjemah:
            Jika menyambung tulangnya karena pecah dan ia memerlukan sembungan dengan tulang najis karena daftar orang-orang yang menyatakan dirinya rela di ambil bola mata nya sesudah mati untuk kepentingan manusia.
( وَلَا يَضُرُّ نَجَسٌ يُحَاذِي صَدْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ عَلَى الصَّحِيحِ ) لِعَدَمِ مُلَاقَاتِهِ لَهُ ، وَالثَّانِي يَقُولُ الْمُحَاذِي مِنْ مَكَانِ صَلَاتِهِ فَتُعْتَبَرُ طَهَارَتُهُ .
( وَلَوْ وَصَلَ عَظْمَهُ ) لِانْكِسَارِهِ وَاحْتِيَاجِهِ إلَى الْوَصْلِ .
( بِنَجَسٍ ) مِنْ الْعَظْمِ ( لِفَقْدِ الطَّاهِرِ ) الصَّالِحِ لِلْوَصْلِ ( فَمَعْذُورٌ ) فِي ذَلِكَ فَتَصِحُّ صَلَاتُهُ مَعَهُ وَلَيْسَ عَلَيْهِ نَزْعُهُ إذَا وَجَدَ الطَّاهِرَ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا ، وَقَضِيَّةُ مَا فِي التَّتِمَّةِ أَنَّهُ يَجِبُ نَزْعِهِ إنْ لَمْ يَخَفْ مِنْهُ ضَرَرًا ( وَإِلَّا ) أَيْ وَإِنْ لَمْ يَفْقِدْ الطَّاهِرَ أَيْ وَجَدَهُ وَجَبَ عَلَيْهِ ( نَزْعُهُ ) أَيْ النَّجِسِ ( إنْ لَمْ يَخَفْ ) مِنْ نَزْعِهِ ( ضَرَرًا ظَاهِرًا ) وَهُوَ مَا يُبِيحُ التَّيَمُّمَ كَتَلَفِ عُضْوٍ فَلَا تَصِحُّ صَلَاتُهُ مَعَهُ .[8]


Bujairimi ala- alwahab, I : 239
Mas’alah:
            Bagaiman hukumnya Bank Mata?
Bank mata adalah semacam badan atau yayasan yang tugasnya antara mencari dan mengumpulkan daftar orang-orang yang menyatakan dirinya rela di ambil bola matanya sesudah mati untuk kepentingan manusia.

Jawab:
            Hukumnya Bank Mata adalah sama hukumnya pencangkokan diatas, sebagaimana keterangan dan penjelasan diatas. Hal ini sesuai dengan qoidah ushul fiqih yang berbunyi :
للوسائل حكم المقاصد
Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya cangkok ginjal dan jantung?
Cangkok ginjal ialah mengganti ginjal seseorang dengan ginjal orang lain. Ginjal pengganti itu dapat diambil dari orang yang masih hidup atau orang yang sudah mati. Pengambilan ginjal dari orang yang hidup itu mungkin karena setiap orang mempunyai dua ginjal.
Transplantasi jantung ialah mengganti jantung seseorang dengan jantung orang lain. Transplatasi jantung ini hanya dapat di lakukan dari orang yang sudah mati saja, karena setiap orang hanya mempunyai satu jantung.
Kiranya sangat sulit melakukan transplatasi ginjal dan jantung dari binatang. Karena dua hal ini dibutuhkan adanya persamaan antara darah yang memberikan ginjal atau jantung
( donor) dengan orang yang mendapatkan ganti ginjal atau jantung tadi.

Jawab:
            Hukumnya cangkok ginjal dan jantung sama dengan hukumnya pencangkokan mata.

Mas’lah:
            Bagaimana kedudukan hukum/status syar’I lembaga zakat yang dibentuk oleh pemerintah daerah dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan fiqih tentang amil?
Jawab:
            Hukumnya lembaga zakat yang dibentuk oleh pemerintah daerah adalah sah, karena pemerintah Indonesia mempunyai hak syar’I untuk membentuk amil.
Dasar Pengambilan dalil:
Al- Mauhibah IV : 130
والصنف الخامس العاملون عليها، ومنهم الساعى الذى يبعثه الإمام الأخذ الزكوات، وبعثه واجب، والعاملون عليها أى الزكاة يعنى من نصبه الإمام فى أخذ العاملة من الزكوات.
Terjemah:
            Kelompok kelima adalah amiluu ‘aalaiha (amil dari zakat) termasuk kelompok amil adalah orang yang menjalankan, yang dibentuk oleh imam untuk mengumpulkan / mengambil zakat. Yang dimaksud amil zakat ialah orang yang ditugasi oleh imam (kepala Negara) untuk mengambil, melakukan dari harta zakat.
I’anatu Al-Tholibin, III : 315
Minhaju Al-Qiwim, : 115
Ahkamu Al-Fuqoha, III : 8
هل يصح ماقره مجلس العلماء فى تشيقا ناس فى 3-7 مارس سنة 1954 بأرئس جمهورية إندونسيا الحالى ( سوكارنو ) ولى الأمر الضررى بالشوكة أولا؟
نعم يصح ذلك المقرر، كما فى الجزء الأول من شرح الإحياء وعبارته : الأصل العاشر أنه لو تعذر وجود الورع والعلم فيمن يتصدى للإمامة ..... إلى أن قال: وذلم محل، ونحن نقضى بنفوذ قضاء أهل السبغى فى بلادهم، لمسيس حاجتهم فكيف لانقضى بصحة الإمامة عند الحاجة والضرورة.

Kifayatu Al-Ahyar, II : 159
قال الغزالى : واجتماع هذه الشروط متئذر فى عصرنا لخلو العصر عن المجتهد المستقل، فالوجه تنفيذ قضاء كل من ولاه سلطان ذوشوكة وإن كان جاهلا أوفاسقا لئلا تتعطل مصالح المسلمين. قال الإمام الرافعى وهذا أحسن.

Terjemah:
            Imam ghozali berkata lengkaplah persyaratan ini, pada zaman sekarang sulit, karena tidak adanya yang mencapai derajat mujtahid mustaqil maka konsekuensinya sah pemerintahnya orang yang mempunyai syaukah (kekuatan) meskipun bodoh, agar tidak terjadi kekosongan atas kemaslahatan orang-orang muslim. Dan imam Ar-Rofi’I mengatkan hal itu lebih baik.

Mas’lah:
            Bagaimana hukumnya zakat yang ditasyarufkan kepada masjid, madrasah, panti asuhan, yayasan-yayasan social, keagamaan dan lain-lain. Sabgaimana yang berlaku ditengah masyarakat umum?
Jawab:
            Memberikan zakat kepada masjid, madrasah, panti asuhan, yayasan-yayasan social, keagamaan dan lain-lain tidak boleh, akan tetapi ada pendapat : imam Qofal menukil dari sebagian ahli fiqih, zakat boleh ditasarufkan kepada sector-sektor tersebut diatas, atas nama sabilillah.
Dasar Pengambilan Dalil:
Bughyatu al-murtasyidin, : 106
لايستحق المسجد شيئا من الزكاة مطلقا، إذلايجوز صرفها إلا لحر مسلم، ومثله مافى المزان الكبرى فى الجزء الثانى من باب قسم الصدقات، وعبارته : إتفق الأئمة الأربعة على أنه لايجوز أخراج الزكاة لبناء مسجد أوتكفين ميت.

Terjemah:
            Masjid tidak berhak sedikit pun secara mutlak mengambil bagian zakat, karena tidak boleh mentasarufkan zakat  kecuali pada orang yang merdeka yang muslim, begitu juga yang ada dalam kitab mizan kubro.
Tafsir munir, I : 344
ونقل القفال من بعض الفقاء أنهم أجازوا صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير، من تكفين ميت وبناء الحصون وعمارة المساجد، لأن قوله تعالى "فى سبيل الله" فى الكل.
Terjemah:
            Imam Al-Qofal menukil dari sebagian ahli fiqih, bahwa mereka memperbolehkan mentasarufkan sodaqoh (zakat) kepada segala sector kebaikan, seperti: mengkafani mayat, membangun pertahanan, membangun masjid dst. Karena kata-kata sabilillah itu mencakup umum (semuanya).

Mas’lah:
            Apakah wajib zakat bagi penanam tanaman yang bukan tanaman zakawi (seperti yang sudah di nash) dengan tujuan di perdagangkan, seperti tanaman tebu, cengkeh dan sesamanya?

Jawab:
            Menanam tanaman yang bukan tanaman zakawi dengan niat diperdagangkan, apabila telah memenuhi syarat-syarat tijaroh, maka wajib zakat seperti zakat barang dagangan.

Dasar Pengambilan Dalil:
Busyrol Karim, II : 50
وروى أبو دود بإخراج الصدقة مما يعد للبيع
Terjemah:
            Imam Abu Dawud meriwayatkan, agar disuruh mengeluarkan sedekah (zakat) terhadap segala sesuatu yang diperuntuhkan dijual.

Al-Hawasi al-madaniyah, II : 95
وقد قررنا أن مالازكاة فى عينه تجب فيه زكاة التجارة من الجذوع والتين والأرض إذ ليس فى هذه المذكورات زكاة عين، ومالازكاة فى عينه تجب فيه التجارة.
Terjemah:
            Dan telah kami tetapkan, sesungguhnya sesuatu yang tidak termasuk mal zakawi (harta benda yang harus di zakati menurut ainnya) wajib baginya zakat tijaroh (perdagangan). Seperti kayu, buah tin, tanah, karena jenis-jenisnya tidak termasuk di zakati secara ain (kondisi barang) dan segala yang tidak dizakati secara ain. Harus dizakati dengan zakat tijaroh, (perdagangan / 2,5 % ).

Mas’alah:
            Apakah wajib zakat usaha perniagaan mutakhir (modern) yang bergerak didalam bidang jasa, seperti perhotelan, pengangkutan dan sesamanya?

Jawab:
            Perniagaan jasa seperti perhotelan pengangkutan dan sesamanya, adalah termasuk ijaroh yang mengandung arti tijaroh, maka wajib zakat.

Dasar Pengambilan Dalil:
Kifayatu al-akhyar, I : 178
ولو أجر الشخص ماله أونفسه وقصد بالأجرة إذا كانت عرضاللتجارة تصير مال تجارة، لأن الإجارة معاوضة.
Terjemah:
            Jika seseorang memperkerjakan dirinya atau hartanya dengan tujuan dapat ongkos ketika jadi harta untuk tijaroh (perdagangan) maka jadilah harta perdagangan, karena ongkos adalah mu’awadloh.

Al-Mauhibah, IV : 31( belum ketemu)
Al-Majmu’, VI : 49
ومن أجر نفسه أو شخصا أخر بعوض من العروض بقصد التجارة صار ذلك العرض مال تجارة فتجب الزكاة.
Terjemah:
            Siapapun yang mempekerjakan dirinya atau orang lain dengan ongkos atau ganti rugi harta dengan tujuan berdagang, maka jadilah harta perdagangan. Dan wajib mengeluarkan zakat.

Mas’alah:
            Bagaimana yang berlaku secara umum dibidang keuangan dengan digantikannya peranan uang mas/perak oleh uang kertas, cek, obligasi, saham-saham perusahaan dan macam-macam kertas berharga. Apakah wajib zakat?

Jawab:
            Uang kertas, cek, obligasi, saham-saham perusahaan dan sesamanya, apabila telah mencapai seharga emas satu nisob dan telah haul, maka wajib zakat seperti emas.

Dasar Pengambilan Dalil:
Ahkamul Fuqoha, I : 57 (belum ketemu)
Al-Mauhibah , IV
Al-fiqih ala madzibil arba’ah, I : 605
جمهور الفقهاء يرون وجوب الزكاة فى الأوراق المالية، لأنهاحالت محل الذهب والفضة فى التعامل.

Terjemah:
            Jumhurul fuqoha (pembesar orang-orang ahli fiqih), memandang kewajiban zakat terhadap kertas berharga, karena ia diposisikan sebagaimana emas dan perak dalam transaksi.

Mas’alah:
            Bagaimana hukum pemotongan hewan dengan mesin?

Jawab:
            Hukum memotong hewan dengan mesin adalah halal, jika mesin dan cara memotongnya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Pemotongnya seorang muslim/ ahlu kitab yang asli
Alat mesin yang di pergunakan, merupakan benda tajam yang bukan dari tulang atau kuku
Sengaja menyembelih hewan tersebtut
Dasar Pengambilan Dalil:
Bujairomi wahab, IV : 286
وشرط فى الذبح قصد اى قصد العين أو الجنس بالفعل (قوله قصد العين) وإن أخطأفى ظنه، أو الجنس فى الإصابة – ح ل – والمرد بقصد العين أو بالجنس بالفعل أى قصد إيقاع الفعل على العين أو على واحد من الجنس وإن لم يقصد الذبح.

Terjemah:
            Syarat alat untuk menyembelih harus tajam yang bisa melukai seperti pisau besi, bambu, batu, timah, emas, perak, kecuali (tidak boleh) dengan tulang dan kuku. Dengan dasar hadits shohih bukhori dan muslim: sesuatu yang dapat mengalirkan darah dengan menyebut nama Allah maka makanlah selama bukan dengan tulang dan kuku. Artinya yang di samakan adalah semua jenis tulang.
يعلم من قوله الآتى أو كونها جارية سباع او طير الخ ... حيث أطلق فيه ولم يشترط أن تقتله بوجه مخصوص. فيسفاد من الإطلاق أنه يحل مقتولها بسائر أنواع القتل.

Terjemah:
            Telah diketahui dari kata-kata yang akan datang adanya alat memotong hewan, dapat melukainya binatang  atau burung dst. Sekira dimutlakkan dan tidak disyaratkan, cara membunuh dengan cara yang khusus, maka dapat diambil pengertian halal apa yang di bunuh binatang dengan segala cara membunuh.

[1] Lengkapnya di maktabah asyamilah seperti diatas, I : Hal. 433
[2] Lengkapnya di maktabah assyamilah spt diatas, V : 243
[3] Lengkapnya di maktabah assyamilah spt diatas, I : 188
[4]
[5] Lengkapnya di maktabah assyamilah spt diatas, XIII : 216  
[6] Lengkapnya di maktabah assyamilah spt diatas, XVIII : 225
[7] Lengkapnya di maktabah assyamilah spt diatas, 9 : 41
[8] Lengkapnya di maktabah assyamilah spt diatas, II : 475

Tidak ada komentar:

Posting Komentar