Sabtu, 10 Agustus 2013

KEPUTUSAN BAHTSU AL-MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JAWA TIMUR DI PP NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO TGL 15-16 DZULHIJJAH 1399 H / 5-6 NOPEMBER 1979 M


Mas’alah

Pada saat ini banyak kegiatan arisan uang atau barang. Dalam perkembangannya terjadi suatau cara sebagai berikut :
A, B, dan C berarisan, A mendapat giliran menerima arisan tetapi ridlo haknya diterima oleh B yang juga anggota arisan, namun belum menerima arisan/giliran. Penyerahan hak secara suka rela dibarengi ganti rugi semacam jual beli hak, umpamanya :
Arisan sepeda motor memberi ganti rugi sebanyak Rp.15.000,- atau Rp. 25.000,-
Arisan uang sebesar Rp. 100.000,- memberi ganti rugi sebanyak Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 15.000,- sedangkan B masih punya hak giliran di lain waktu.
Pertanyaan :
            Bernama aqad apakah pergantian semacam ini?
Jawab :
Ala sabili al ihtiyat (menurut pendapat yang berhati-hati) aqad semacam itu termasuk aqad Qardlu jarro Naf’an (hutang dengan menarik keuntungan) yang hukumnya tidak boleh (haram) kecuali jika tidak ada janji dalam aqad (Fu al-sulbi al-aqdi).
Boleh dengan nama bai’ul Istihqoq.
Dasar pengambilan :
1.      Bughyatu Al-Mustarsyidin hal, 13
إِذِ اْلقَرْضُ الفَاسِدُ المُحَرَّمُ هُوَ اْلقَرْضُ المَْشْرُوْطُ فِيْهِ النَّفْعُ لِلْمُقْرِضِ, هَذَا اِنْ وَقَعَ فِي صُلْبِ القد، فان تواطأ عليه قبله ولم يذكر في صلبه او لم يكن عقد جاز مع الكراهة كسائر حيل الربا الواقعة لخير غرض شرعي.
Artinya:
            Aqad utang piutang yang fasid (rusak) dab haram ialah menghutangi dengan janji pihak yang menghutangi mendapat keuntungan hal ini (haram) bila syarat tersebut masuk (ikut) dalam isi transaksi, jika syarat mendapat keuntungan itu berketepatan pada waktu sebelum terjadi transaksi dan waktu transaksi tidak menyebut-nyebut janji keuntungan bagi yang menghutangi, atau sama sekali tidak ada transaksi, maka hukumnya boleh disertai makruh sperti makruhnya segala rekayasa riba yang terjadi bagi selain tujuan syara’.
2.      I’anatu Al Tholibin, III : 20
(قوله: ومنه ربا القرض) أي ومن ربا الفضل: ربا القرض، وهو كل قرض جر نفعا للمقرض، غير نحو رهن. لكن لا يحرم عندنا إلا إذا شرط في عقده، كما يؤخذ من تصويره الآتي، ولا يختص بالربويات، بل يجري في غيرها، كالحيوانات والعروض.
Artinya:
            ( Diantaranya ialah riba qordi ) artinya: termasuk bagian dair riba fadli ialah qordli, yaitu setiap menghutangi yang mengambil untung/ manfaat bagi yang menghutangi, selain aqad gadai dan sesamanya haram, hal itu tidak haram menurut kita, kecuali jika keuntungan itu di ucapkan/di isyaratkan pada waktu transaksi (maka hukumnya haram),…….
3.      Al-Bajuri, I : 344
لم يكن هناك عقد – كمالو باع معاطاة وهو الواقع في أيامنا لم يكن ربا وان كان حراما لكن أقل من حرمة الربا.
Artinya:
            Jika disana (dalam syarat) tidak terjadi aqad (transaksi) seperti pada waktu jual beli dengan mu’athoh ( memberikan tanpa bicara), seperti yang terjadi saat ini, itu bukan riba, jika terjadi keharoman maka lebih sedikit dari pada keharoman riba.
4.      Fatawi Kubro, III : 23
والذي صرح به الأصحاب أن كل ما ابطل شرطه القد لا يضر إضمار نية فيه، وذكر صاحب الكافى أنه مع ذلك الإضمار هل يحل باطنا؟ وجهان قال : واصحهما يحل لحديث عامل خيبر.
Artinya:
            Sesuatu yang telah dijelaskan oleh santrinya imam syafi’I : apabila sesuatu syarat yang dapat membatalkan aqad (transaksi) itu tidak masalah, jika hanya tersimpan dalam hati (tidak masuk aqad) shohibu al-kafi menjelaskan jika hal itu terjadi ( menyembunyikan syarat dalam hati) apakah transaksinya secara batin dianggap halal? Ada dua pendapat, menurut yang ashoh adalah halal dengan dasar hadits tentang pengelola tanah (Nabi) di Khoibar.

Mas’alah:
Bagaimana hukumnya orkes dan samroh yang dipentaskan dimuka umum oleh kaum perempuan atau laki-laki dengan menampilkan cerita Nabi-nabi atau menari-nari?

Jawab:
            Hukumnya haram. Adapun samroh dan orkes, yang pementasannya dan menari didalamnya tidak terdapat mungkarat, maka hukumnya mubah. Sedangkan mungkarat yang dimaksud diantaranya:
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-Fiqhu ala Madzahibi Al-Arbaah, IV : 9
والمختر أن ضرب الدف ولأغانى التى ليس فيها ماينافى الآداب جائز بلاكراهة مالم يشتمل كل ذلك على مفاسد كترج النساء الأجنبيات في العرس وتهتكهن أمام الرجال والعريس ونحو ذلك والاحرم.
Artinya:
            Menurut qoul yang muhtar (terpilih) sesungguhnya memukul rebana melantunkan lagu-lagu yang tidak sampai meniadakan adab-adab adalah boleh, tidak makruh, selama tidak mengandung mafasid (kerusakan) seperti penampilan perempuan (mejeng) dihadapan laki-laki, dalam resepsi pernikahan dan memukaunya perempuan dihadapan laki-laki,resepsi pernikahan dan sesamanya,  kalau tidak berarti haram.
Mirqotu Al-Suud (syarah sulamun At-Taufiq)
زمن معاصى الرجل ( التبختر فى المشي ) كالتمايل او تحريك اليدين على غير هيئة معتدلة او نحو ذلك.
Artinya:
            Termasuk maksiatnya kaki adalah ( sombong dalam berjalan) seperti lenggak-lenggok, atau menggerak-gerakkan tangan pada selain kondisi kebiasaan (kesederhanaan) atau sesamanya.
Is’adu Al-Rofiq, I : 55
أتى بما يعد نقصا فى نفس رسول الله صلى الله عليه وسلم او نبي من الأنبياء المجمع عليهم حلقا وخلقا او فى نسبه كان يقول إنه عليه الصلاة والسلام ليس من قريش او فى صفة من صفاته.
Artinya:
            Mendatangkan sesuatu yang dapat mengurangi (merendahkan) martabat Nabi Muhammad Saw. Atau salah satu dari Nabi yang telah disepakati oleh ulama, tentang kenabiannya, seperti menghina tubuh, akhlaq atau Nasabnya, seperti mengatakan sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. Bukan keturunan Quraisy, atau menghina dalam agama atau sifat_Nya. (semua hukumnya haram).

Al-Fatawi Kubro, I : 203
Sulamu at-taufiq, hal: 13

Mas’alah:
apakah imam Daud al-Dzohiri termasuk ahli sunnah wal jama’ah? Jika termasuk ahli sunah wal jama’ah, bolehkah bagi kita megamalkan madzabnya dalam nikah tanpa wali dan saksi? Apakah wajib had terhadapap orang yang melakukan bersetubuh dengan cara nikah menurut madzab Daud tersebut?
Jawab:
            Imam Daud Dzoriri termasuk ahli sunnah waljama’ah. Adapun nikah mengikuti madzabnya dengan tanpa wali dan saksi hukumnya tidak boleh.
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-Farqu Baina Al-Firoq, hal: 48.
ودخل هذه الجملة ( اى أهل السنة والجماعة ) جمهور الأمة وسوادها الأعظم من أصحاب مالك والشافعي وابى حنيفة والأوزاعى والثورى وأهل الظاهر.
Artinya:
            Masuk dalam golongan ini ( ahli sunnah waljama’ah) ialah : pembesar-pembesar imam, dan kelompok-kelompok mereka yang mayoritas, dari beberapa shabat/santrinya imam malik, imam syafi’I imam Auza’I, Sufyan Atsauri dam Ahli Al-Dzohiriyah ( Dawud Al-Dzohiriyah).
Bughyatu al-Mustarsyidin, hal: 8
( مسألة شٍ ) نقل ابن الصلاح الإجماع على أنه لايجوز تقليد غير الأئمة الأربعة اى حتى العمل لنفسه فضلا عن القضاء والفتوى لعدم الثقة بنبستها لأربابها بأسانيد تمنع التحريف والتبديل كمذهب الزيدية المنسوبين الى الإمام زيد بن على بن الحسين البسط رضوان الله عليهم.
Artinya:
            (masalah syin) imam ibnu sholah manukil ijma’ sesungguhnya tidak boleh taqlid/mengikuti selain kepada imam empat artinya sampai amal untuk dirinyapun tidak boleh. Apalagi untuk menghukumi, menfatwakan, karena tidak dapat dipertanggung jawabkan nisbatnya pada pemiliknya, dengan jalan yang mencegah, merubah dan mengganti, seperti madzab zaibidiyah yang dinisbatkan kepada imam zaid bin ali bin husain yang jadi cucu Rasul Ra.
Tuhfatu Al-Murid Syarah Jauharu At_tauhid, hal: 90
ولايجوز تقايد غيرهم اى الأئمة الأربعة ولو كان من اكابر الصحابة لأن مذاهبهم لم تدون ولم تضبط كمذاهب هؤلآء لكن جوز بعضهم ذلك في غير الإفتاء.
Artinya:
            Tidak boleh taqlid kepada selain mereka yaitu imam –imam empat meskipun dari pembesar-pembesar sahabat Rasul. Karena madzab mereka tidak dikodifikasikan (tidak dikukuhkan) dan tidak dibuat pedoman seperti madzab-madzab mereka (imam empat); namun sebagian ulama’ ada yang memperbolehkan asal tidak untuk difatwakan.
Mizan Al-Kubro, I : 50
Al-Fawaidu Al-Janiyah, II : 204
Fiqhu Islam oleh Syekh al_katib
Tanwirul Qulub : 408
Adapun orang yang bersetubuh dari nikah ala madzab Daud Al-Dzohiri tersebut menurut qoul mu’tamad wajib di had.
Dasar Pengambilan Dalil:
Fatawi Kubro, II : 107
( وسئل) هل يجوز عقد النكاح تقليدا لمذهب داود من غير ولى ولا شهودا اولا، واذا وطئ فهل يحد اولا .... الى ان قال فاجاب بقوله لايجوز تقليد داود فى النكاح بلا ولى ولاشهود، ومن وطئ فى نكاح خال عنهما وجب عليه حد الزنا على المنقول المعتمد.
Artinya:
            ( ibnu hajar ditanya) apakah boleh aqad nikah dengan tanpa wali dan saksi, mengikuti pendapat Dawud al-dzohiri? Dan ketika dia wati’ (hubungan badan) apakah terkena hukum had atau tidak ? dst. S/d…. ibnu hajar menjawab : tidak boleh mengikuti pendapat Dawud al-dzohiri dalam nikah tanpa wali dan saksi, barang siapa wati’ (berhubungan badan) atas nikah tanpa wali dan saksi wajib baginya di had (hukuman) seperti hukuman bagi pelaku zina sesuai pendapat yang mu’tamad.
Kasyifatu al-Saja : 27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar