Sabtu, 14 Februari 2015

IBNU TAYMIYAH TEOLOGI EMBER

Dalam kutipan berikut ini dari salah satu kitab Ibnu Taimiyah,sebagai klarifikasi lanjutan dari keyakinan anthropomorphist, dalam pemahamannya tentang sebuah ĥadiitħ yang diriwayatkan oleh At-Tirmidħiyy. ĥadiitħ Ini jika di maknai harfiah terjemahnya: ". Jika salah seorang dari kalian menurunkan ember dengan tali, maka akan jatuh pada Allah" para ulama hadis tidak mengambil ĥadiitħ ini dgn secara makna harfiah, karena Allah bukan tubuh shgg menjadi sesuatu untuk bertemu,Mereka [muhaddis] mengatakan maknanya bahwa ember itu jatuh dengan
pengetahuan Allah.

Dalam pemahaman Ibnu Taimiyah itu di pahami secara literal dan antropomorfik.
Pemahaman Ibnu Taimiyah tentang ĥadiith menurunkan ember:
Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Majmuuu-l-Fataawaa [1]:
ﻓﺈﻥ ﻗﻮﻟﻪ : } ﻟﻮ ﺃﺩﻟﻲ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺑﺤﺒﻞ ﻟﻬﺒﻂ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ { ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻣﻔﺮﻭﺽ ; ﺃﻱ ﻟﻮ ﻭﻗﻊ ﺍﻹﺩﻻﺀ ﻟﻮﻗﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻜﻨﻪ ﻻ ﻳﻤﻜﻦ ﺃﻥ ﻳﺪﻟﻲ ﺃﺣﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺷﻴﺌﺎ ; ﻷﻧﻪ ﻋﺎﻝ ﺑﺎﻟﺬﺍﺕ ﻭﺇﺫﺍ ﺃﻫﺒﻂ ﺷﻲﺀ ﺇﻟﻰ ﺟﻬﺔ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻗﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ ﻭﻟﻢ ﻳﺼﻌﺪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺠﻬﺔﺍﻷﺧﺮﻯ ﻟﻜﻦ ﺑﺘﻘﺪﻳﺮ ﻓﺮﺽ ﺍﻹﺩﻻﺀ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺰﺍﺀ ‏( ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ .- ‏(6/571 )
Sesungguhnya pernyataan  (Nabi) : ". Jika salah seorang dari kalian menurunkan ember dengan tali, maka akan jatuh pada Allah" Ini adalah pertimbangan yang mesti, yakni, jika terjadi menurunkan ember, maka akan jatuh pada-Nya,tetapi Hal ini tidak mungkin bagi siapa pun untuk menurunkan apapun pada Allah, karena dzat-Nya itu tinggi, dan jika ada sesuatu yang diturunkan ke bawah Bumi, maka akan berhenti di pusat bumi, dan tidak akan naik ke arah yang berlawanan ( dari sana). (6/571)

Dia lebih lanjut menjelaskan tentang konsep "menurunkan tali/ember", dengan mengatakan:
ﻓﻜﺬﻟﻚ ﻣﺎ ﻳﻬﺒﻂ ﻣﻦ ﺃﻋﻠﻰ ﺍﻷﺭﺽ ﺇﻟﻰ ﺃﺳﻔﻠﻬﺎ - ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ - ﻻ ﻳﺼﻌﺪ ﻣﻦ ﻫﻨﺎﻙ ﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﺇﻻ ﺑﺮﺍﻓﻊ ﻳﺮﻓﻌﻪ ﻳﺪﺍﻓﻊ ﺑﻪ ﻣﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﺗﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻬﺒﻮﻁ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ ﻓﺈﻥ ﻗﺪﺭ ﺃﻥ ﺍﻟﺪﺍﻓﻊ ﺃﻗﻮﻯ ﻛﺎﻥ ﺻﺎﻋﺪﺍ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﻠﻚ ﻣﻦ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﺎﺣﻴﺔ ﻭﺻﻌﺪ ﺑﻪ ﺇﻟﻰﺍﻟﻠﻪ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﺴﻤﻰ ﻫﺒﻮﻃﺎ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎﺭ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺃﺫﻫﺎﻥ ﺍﻟﻤﺨﺎﻃﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﻣﺎ ﻳﺤﺎﺫﻱ ﺃﺭﺟﻠﻬﻢ ﻳﻜﻮﻥ ﻫﺎﺑﻄﺎ ﻭﻳﺴﻤﻰ ﻫﺒﻮﻃﺎ .... ﻭﻫﻮﺇﻧﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﺇﺩﻻﺀ ﺣﻘﻴﻘﻴﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ ﻭﻣﻦ ﻫﻨﺎﻙ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺪﺍ ﻟﻠﺤﺒﻞ ﻭﺍﻟﺪﻟﻮ ﻻ ﺇﺩﻻﺀ ﻟﻪ .... ﻭﻟﻜﻦ ﻓﺎﺋﺪﺗﻪ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻹﺣﺎﻃﺔﻭﺍﻟﻌﻠﻮ ....ﻭﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﻪ ﺑﻴﺎﻥ ﺇﺣﺎﻃﺔ ﺍﻟﺨﺎﻟﻖ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﻤﺎ ﺑﻴﻦ ﺃﻧﻪ ﻳﻘﺒﺾ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﻳﻄﻮﻱ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎﻓﻴﻪ ﺑﻴﺎﻥ ﺇﺣﺎﻃﺘﻪ ﺑﺎﻟﻤﺨﻠﻮﻗﺎﺕ. ‏(ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ - 6 / 573-572 )
: Demikian juga, apa yang turun dari atas bumi ke bawah, yang merupakan pusat bumi, maka tidak naik dari bawah sana ke arah sebelumnya, kecuali dgn seseorang yang mengangkatnya, yang menolak turunnya tali ke bawah sampai pusat (yaitu tarikan gravitasi.) Jika ada yang mengangkat dgn kuat (dari tarikan gravitasi), maka akan bangkit ke atas menuju falak , dan akan meningkat naik kepada Allah.
dan hal itu disebut menurunkan", Itu hanya dari sudut pandang pemikiran para pendengar bahwa apa yang searah dengan kaki disebut jatuh .... walau pun itu benar-benar menurun sampai pusat (Bumi), dan yang ada hanya mengulurkan tali dan ember, dan bukan turun yang sebenarnya ..... ada pun faidah dari semua itu adalah menjelaskan meliputi dan tingginya Allah .... Tujuan (dari ĥadiith) adalah untuk menjelaskan bahwa Pencipta ( ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ) meliputi bumi sebagaimana di
jelaskan bahwa Dia menggenggam langit dan melipat bumi dan yang sejenisnya, yakni menjelaskan bahwa Dia meliputi seluruh diciptakan. (6/572-573)

lebih simpel di katakan oleh ibnu taemiyyah dalam Bayân Tadlîs al jahmiyah,2/225:
… ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ < ﻟﻮ ﺃﺩﻟﻰ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺩﻟﻮﻩ ﻟﻬﺒﻂ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ > ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﻌﻠﻮﻡ ﺃﻥ ﺇﺩﻻﺀ ﺷﻲﺀ ﺇﻟﻰ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﺎﺣﻴﺔ ﻣﻤﺘﻨﻊ ﻓﻬﺒﻮﻁ ﺷﻲﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻤﺘﻨﻊ ﻓﻜﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺤﺖ ﺷﻲﺀ ﻣﻤﺘﻨﻊ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻐﺮﺽ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﺍﻟﻤﻤﺘﻨﻊ ﺑﻴﺎﻥ ﺇﺣﺎﻃﺘﻪ ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺠﻬﺎﺕ ﻭﻫﺬﺍﺗﻮﻛﻴﺪ ﻟﻜﻮﻧﻪ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻻ ﻣﻨﺎﻑ ﻟﺬﻟﻚ .
:“Seprti dalam hadis “andai seorang menjulurkan tali, pasti ia turun atas Allah.”
Dan seperti telah diketahui bahwa menjulurkan sesuatu ke sisi itu adalah mustahil, maka turunnya sesuatu kepada Allah juga mustahil. Dan adanya Allah di bawah sesuatu itu juga mustahil. Akan tetapi tujuan dari pengira-ngiraan itu yang mustahil itu adalah penjelasan akan Kemaha meliputinya Allah terhadap segala sisi. Dan ini adalah penguat bahwa Dia di atas langit di atas Arsy, bukan menyalahinya.

Dengan kata lain, menurut Ibnu Taimiyah, Allah adalah fisik yang ada sekitar sesuatu dengan batas-batas fisik, ukuran dan bentuk dengan mengelilingi semua sisi ciptaannya.

Dalam analisis akhir dari ĥadiith ini, Ibnu Taimiyah mengatakan:
ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺗﺄﻭﻳﻠﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﺗﺄﻭﻳﻞ ﻇﺎﻫﺮ ﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﻣﻦ ﺟﻨﺲ ﺗﺄﻭﻳﻼﺕ ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ; ﺑﻞ ﺑﺘﻘﺪﻳﺮ ﺛﺒﻮﺗﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺩﺍﻻ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﺣﺎﻃﺔ. ﻭﺍﻹﺣﺎﻃﺔﻗﺪ ﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻋﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﻜﻮﻥ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺇﺛﺒﺎﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﻣﺎ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻭﻻ ﺍﻟﺸﺮﻉ .
: Dan yang mentakwil hadis ini dengan ilmuNya/pengetahuanNya (Yaitu turunnya dengan pengetahuan Allah] itu jelas fasid dan termasuk jenis takwil Jahmiyy .

Sebaliknya, berdasarkan asumsi tetapnya ĥadiitħ itu , maka itu menunjukan meliputi Allah dan kita tahu bahwa Allah mampu utk mengelilingi mahlukNya dan di ketahui hal itu pada hari kiamat sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an dan Sunnah. secara umum, dalam menetapkan ĥadiits ini, tdk bertentangan dengan akal atau syara (6/574)

Dan Pdahal imam tirmidzi mentakwil hadis itu dengan makna Ilmu Allah,ucapan Ibnu taimiyah itu di nuqil kan juga oleh ibnu qoyim dgn taqlid kpd gurunya dalam ktbnya al-Sawa'iq al-Mursalah hal 400:
( ﻭﺍﻣﺎ ﺗﺄﻭﻳﻞ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻟﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ : ﻫﻮ ﻇﺎﻫﺮ ﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﻣﻦ ﺟﻨﺲ ﺗﺄﻭﻳﻼﺕ ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ))"
artinya:bahwa ta'wil al Tirmidzi dan selainnya menurut Syaikh kami- bin Taymiyyah: "Ini adalah nyata fasidnya (zahiral fassad) termasuk dari jenis (Ta'wilat) Jahmiyyah ..!!

Penakwilan imam ulama salaf seperti at tirmidzi yg mana di terima dari salaf sblmnya,DI CAP sebagai "TAKWIL JAHMIYAH",..!!Begitu juga orang2 yg itba kpda ibnu taemiyah PADA MASA SEKARANG mengucapkan tuduhan yg sama kepada aswaja sbgmana ibnu taemiyah menuduh at tirmidzi.

Kesimpulan:
Di atas, menunjukkan bahwa Ibnu Taimiyah tidak hanya memiliki kecenderungan anthropomorphist,Dia percaya bahwa Allah adalah jisim dengan bentuk yang mengelilingi sesuatu/alam. Dia menyatakan bahwa Sang Pencipta ada diperbatasan alam.

Mari kita kembali mengingatkan tentang keyakinan Sunni dalam kaitannya dengan keyakinan Ibnu Taimiyah. Seorang ulama terkenal yg bernama Imam Abu Jafar At-Tahawi (.229-321 Hijrah / 828/920 M), juga ada pada era Salaf, Beliau menulis sebuah kitab yang sangat terkenal yang disebut ^ Al-Aqidah At-Tahawiyyah,ia menyebutkan bahwa subjek dari kitabnya itu adalah penjelasan tentang aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jammaah, yang juga merupakan aqidah Imam Abu Hanifah (salah seorang ulama empat madhab). Imam Abu Hanifah adalah salah satu
mujtahid salaf (80-150 H, 679/749 M). Imam Abu JaFAR At-Tahawi dalam KITABnya Al-^ Aqidah At-Tahawiyyah mengatakan:
ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺪﻭﺩ ﻭﺍﻟﻐﺎﻳﺎﺕ ﻭﺍﻷﺭﻛﺎﻥ ﻭﺍﻷﻋﻀﺎﺀ ﻭﺍﻷﺩﻭﺍﺕ. ﻻ ﺗﺤﻮﻳﻪ ﺍﻟﺠﻬﺎﺕ ﺍﻟﺴﺖ ﻛﺴﺎﺋﺮ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﺎﺕ .
Artinya: "MAHA suci Allah dari batas , ujung , sisi , organ dan alat .dan Dia tdk terkandung oleh enam arah sebagaimana semua hal yang diciptakan "Keenam arah adalah (atas, bawah, depan, belakang, kiri dan kanan)..

Keenam arah yang utama itu diciptakan oleh Allah dan hanya berisi hal-hal yang diciptakan dan jika Allah terkandung oleh enam arah utama, maka akan menjadikan-Nya seperti segala sesuatu yang diciptakan, yang secara intelektual itu tidak mungkin, karena Allah Sang Pencipta itu kekal dan tak terbatas, tidak seperti ciptaan yang dibatasi.
===================================================
[1] ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ : ﻓﺈﻥ ﻗﻮﻟﻪ : } ﻟﻮ ﺃﺩﻟﻲ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺑﺤﺒﻞ ﻟﻬﺒﻂ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ { ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻣﻔﺮﻭﺽ ; ﺃﻱ ﻟﻮ ﻭﻗﻊ ﺍﻹﺩﻻﺀ ﻟﻮﻗﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻜﻨﻪ ﻻ ﻳﻤﻜﻦ ﺃﻥ ﻳﺪﻟﻲ ﺃﺣﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺷﻴﺌﺎ ; ﻷﻧﻪ ﻋﺎﻝ ﺑﺎﻟﺬﺍﺕ ﻭﺇﺫﺍ ﺃﻫﺒﻂ ﺷﻲﺀ ﺇﻟﻰ ﺟﻬﺔ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻗﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ ﻭﻟﻢ ﻳﺼﻌﺪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﺍﻷﺧﺮﻯ ﻟﻜﻦ ﺑﺘﻘﺪﻳﺮ ﻓﺮﺽ ﺍﻹﺩﻻﺀ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺰﺍﺀ. ﻓﻬﻜﺬﺍ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ : ﺇﺫﺍ ﻗﺪﺭ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪﻳﻘﺼﺪﻩ ﻣﻦ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﻛﺎﻥ ﻫﻮ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻳﺴﻤﻊ ﻛﻼﻣﻪ ﻭﻛﺎﻥ ﻣﺘﻮﺟﻬﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﻘﻠﺒﻪ ﻟﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﻣﻤﺎ ﺗﻤﻨﻊ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ; ﻷﻥ ﻗﺼﺪﺍﻟﺸﻲﺀ ﺍﻟﻘﺼﺪ ﺍﻟﺘﺎﻡ ﻳﻨﺎﻓﻲ ﻗﺼﺪ ﺿﺪﻩ ; ﻓﻜﻤﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺑﺎﻟﺬﺍﺕ ﺗﻨﺎﻓﻲ ‏(ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ - 6 / 571 ‏) ﺍﻟﺠﻬﺔ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ
ﻓﻜﺬﻟﻚ ﻗﺼﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﺑﺎﻟﺬﺍﺕ ﻳﻨﺎﻓﻲ ﻗﺼﺪﻩ ﻣﻦ ﺃﺳﻔﻞ ﻭﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﻣﺎ ﻳﻬﺒﻂ ﺇﻟﻰ ﺟﻮﻑ ﺍﻷﺭﺽ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﺻﻌﻮﺩﻩ ﺇﻟﻰ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﺎﺣﻴﺔ -ﻷﻧﻬﺎ ﻋﺎﻟﻴﺔ - ﻓﺘﺮﺩ ﺍﻟﻬﺎﺑﻂ ﺑﻌﻠﻮﻫﺎ ﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﻣﻦ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﺗﺮﺩ ﻣﺎ ﻳﺼﻌﺪ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺜﻘﻴﻞ ﻓﻼ ﻳﺼﻌﺪ ﺍﻟﺜﻘﻴﻞ ﺇﻻ ﺑﺮﺍﻓﻊ ﻳﺮﻓﻌﻪ ﻳﺪﺍﻓﻊ ﺑﻪ ﻣﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﺗﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻬﺒﻮﻁ ﻓﻜﺬﻟﻚ ﻣﺎ ﻳﻬﺒﻂ ﻣﻦ ﺃﻋﻠﻰ ﺍﻷﺭﺽ ﺇﻟﻰ ﺃﺳﻔﻠﻬﺎ - ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ - ﻻ ﻳﺼﻌﺪ ﻣﻦ ﻫﻨﺎﻙ ﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﺇﻻ ﺑﺮﺍﻓﻊ ﻳﺮﻓﻌﻪ ﻳﺪﺍﻓﻊ ﺑﻪ ﻣﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﺗﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻬﺒﻮﻁ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ ﻓﺈﻥ ﻗﺪﺭ ﺃﻥ ﺍﻟﺪﺍﻓﻊ ﺃﻗﻮﻯ ﻛﺎﻥ ﺻﺎﻋﺪﺍﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﻠﻚ ﻣﻦ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﺎﺣﻴﺔ ﻭﺻﻌﺪ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﺴﻤﻰ ﻫﺒﻮﻃﺎ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎﺭ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺃﺫﻫﺎﻥ ﺍﻟﻤﺨﺎﻃﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﻣﺎ ﻳﺤﺎﺫﻱ ﺃﺭﺟﻠﻬﻢ ﻳﻜﻮﻥ ﻫﺎﺑﻄﺎ ﻭﻳﺴﻤﻰ ﻫﺒﻮﻃﺎ ﻣﻊ ﺗﺴﻤﻴﺔ ﺇﻫﺒﺎﻃﻪ ﺇﺩﻻﺀ ﻭﻫﻮ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﺇﺩﻻﺀ ﺣﻘﻴﻘﻴﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ ﻭﻣﻦ ﻫﻨﺎﻙ ﺇﻧﻤﺎﻳﻜﻮﻥ ﻣﺪﺍ ﻟﻠﺤﺒﻞ ﻭﺍﻟﺪﻟﻮ ﻻ ﺇﺩﻻﺀ ﻟﻪ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺠﺰﺍﺀ ﻭﺍﻟﺸﺮﻁ ﻣﻘﺪﺭﺍﻥ ﻻ ﻣﺤﻘﻘﺎﻥ . ﻓﺈﻧﻪ ﻗﺎﻝ : ﻟﻮ ﺃﺩﻟﻰ ﻟﻬﺒﻂ ; ﺃﻱ ﻟﻮ ﻓﺮﺽ ﺃﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﺇﺩﻻﺀ ﻟﻔﺮﺽ ﺃﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﻫﺒﻮﻃﺎ ﻭﻫﻮ ﻳﻜﻮﻥ ﺇﺩﻻﺀ ﻭﻫﺒﻮﻃﺎ ﺇﺫﺍ ﻗﺪﺭ ﺃﻥ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﺗﺤﺖ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﻣﻨﺘﻒ ; ﻭﻟﻜﻦ ﻓﺎﺋﺪﺗﻪ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻹﺣﺎﻃﺔ ﻭﺍﻟﻌﻠﻮ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺟﺎﻧﺐ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻔﺮﻭﺽ ﻣﻤﺘﻨﻊ ﻓﻲ ﺣﻘﻨﺎ ﻻ ﻧﻘﺪﺭ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻼ ﻳﺘﺼﻮﺭ ﺃﻥ ﻳﺪﻟﻲ ﻭﻻ ﻳﺘﺼﻮﺭ ﺃﻥ ﻳﻬﺒﻂ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺷﻲﺀ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻳﺨﺮﻕ ﻣﻦ ﻫﻨﺎ ﺇﻟﻰ ﻫﻨﺎﻙ ﺑﺤﺒﻞ ﻭﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ ﺇﺩﻻﺀ ﻓﻼ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ ﻫﺒﻮﻃﺎ ﻋﻠﻴﻪ . ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺧﺮﻕ ﺑﺤﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻄﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻘﻄﺐ ﺃﻭ ﻣﻦ ﻣﺸﺮﻕ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺇﻟﻰ ﻣﻐﺮﺑﻬﺎ ‏(ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ -6/572 ‏) ﻭﻗﺪﺭﻧﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﺤﺒﻞ ﻣﺮ ﻓﻲ ﻭﺳﻂ ﺍﻷﺭﺽ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻛﻠﻪ ﻭﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﺨﺮﻕ ﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﻴﻤﻴﻦ ﻣﻨﺎ ﺇﻟﻰ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﻴﺴﺎﺭ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺃﻣﺎﻣﻨﺎ ﺇﻟﻰ ﺟﻬﺔ ﺧﻠﻔﻨﺎ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺭﺀﻭﺳﻨﺎ ﺇﻟﻰ ﺟﻬﺔ ﺃﺭﺟﻠﻨﺎﺇﺫﺍ ﻣﺮ ﺍﻟﺤﺒﻞ ﺑﺎﻷﺭﺽ ﻓﻌﻠﻰ ﻛﻞ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻗﺪ ﺧﺮﻕ ﺑﺎﻟﺤﺒﻞ ﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﻤﺤﻴﻂ ﺇﻟﻰ ﺟﺎﻧﺒﻪ ﺍﻵﺧﺮ ﻣﻊ ﺧﺮﻕ ﺍﻟﻤﺮﻛﺰ ﻭﺑﺘﻘﺪﻳﺮ ﺇﺣﺎﻃﺔﻗﺒﻀﺘﻪ ﺑﺎﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻓﺎﻟﺤﺒﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺪﺭ ﺃﻧﻪ ﺧﺮﻕ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﻭﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻻ ﻳﺴﻤﻰ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻴﻪ ﺇﺩﻻﺀ ﻭﻻ
ﻫﺒﻮﻃﺎ. ﻭﺃﻣﺎ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻓﺈﻥ ﻣﺎ ﺗﺤﺖ ﺃﺭﺟﻠﻨﺎ ﺗﺤﺖ ﻟﻨﺎ ﻭﻣﺎ ﻓﻮﻕ ﺭﺀﻭﺳﻨﺎ ﻓﻮﻕ ﻟﻨﺎ ﻭﻣﺎ ﻧﺪﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺭﺀﻭﺳﻨﺎ ﺇﻟﻰ ﻧﺎﺣﻴﺔﺃﺭﺟﻠﻨﺎ ﻧﺘﺨﻴﻞ ﺃﻧﻪ ﻫﺎﺑﻂ ﻓﺈﺫﺍ ﻗﺪﺭ ﺃﻥ ﺃﺣﺪﻧﺎ ﺃﺩﻟﻰ ﺑﺤﺒﻞ ﻛﺎﻥ ﻫﺎﺑﻄﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻫﻨﺎﻙ ﻟﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻣﻤﺘﻨﻊ ﻓﻲ ﺣﻘﻨﺎ ﻭﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩﺑﻪ ﺑﻴﺎﻥ ﺇﺣﺎﻃﺔ ﺍﻟﺨﺎﻟﻖ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﻤﺎ ﺑﻴﻦ ﺃﻧﻪ ﻳﻘﺒﺾ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﻳﻄﻮﻱ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﺑﻴﺎﻥ ﺇﺣﺎﻃﺘﻪ ﺑﺎﻟﻤﺨﻠﻮﻗﺎﺕ. ﻭﻟﻬﺬﺍ ﻗﺮﺃ ﻓﻲ ﺗﻤﺎﻡ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ } ﻫﻮ ﺍﻷﻭﻝ ﻭﺍﻵﺧﺮ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻭﻫﻮ ﺑﻜﻞ ﺷﻲﺀ ﻋﻠﻴﻢ .{ ﻭﻫﺬﺍ ﻛﻠﻪ ﻋﻠﻰﺗﻘﺪﻳﺮ ﺻﺤﺘﻪ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﻗﺎﻝ : ﻭﻓﺴﺮﻩ ﺑﻌﺾ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﺄﻧﻪ ﻫﺒﻂ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻠﻮﻟﻴﺔ ﻭﺍﻻﺗﺤﺎﺩﻳﺔ
ﻳﻈﻦ ﺃﻥ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﻟﻬﻢ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ ; ﻭﻫﻮ ﺃﻧﻪ ﺣﺎﻝ ﺑﺬﺍﺗﻪ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻜﺎﻥ ﻭﺃﻥ ﻭﺟﻮﺩﻩ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ ﻭﻧﺤﻮﺫﻟﻚ .ﻭﺍﻟﺘﺤﻘﻴﻖ : ﺃﻥ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻻ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺛﺎﺑﺘﺎ ﻓﺈﻥ ﻗﻮﻟﻪ : ‏( ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ - 6/573 ‏) } ﻟﻮ ﺃﺩﻟﻰﺑﺤﺒﻞ ﻟﻬﺒﻂ { ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺪﻟﻲ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺒﻞ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻟﻮ ﻭﻻ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻭﺃﻧﻬﺎ ﺗﻘﺘﻀﻲ ﺃﻧﻪ ﻣﻦ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﺎﺣﻴﺔ ; ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺗﺄﻭﻳﻠﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﺗﺄﻭﻳﻞ ﻇﺎﻫﺮ ﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﻣﻦ ﺟﻨﺲ ﺗﺄﻭﻳﻼﺕ ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ; ﺑﻞ ﺑﺘﻘﺪﻳﺮ ﺛﺒﻮﺗﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺩﺍﻻ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﺣﺎﻃﺔ .ﻭﺍﻹﺣﺎﻃﺔ ﻗﺪ ﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻋﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﻜﻮﻥ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺇﺛﺒﺎﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﻣﺎ ﻳﺨﺎﻟﻒ
ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻭﻻ ﺍﻟﺸﺮﻉ ; ﻟﻜﻦ ﻻ ﻧﺘﻜﻠﻢ ﺇﻻ ﺑﻤﺎ ﻧﻌﻠﻢ ﻭﻣﺎ ﻻ ﻧﻌﻠﻤﻪ ﺃﻣﺴﻜﻨﺎ ﻋﻨﻪ ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻘﺪﻣﺔ ﺩﻟﻴﻠﻪ ﻣﺸﻜﻮﻛﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻛﺎﻥ ﺣﻘﻪ ﺃﻥ ﻳﺸﻚ ﻓﻴﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺘﺒﻴﻦ ﻟﻪ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺇﻻ ﻓﻠﻴﺴﻜﺖ ﻋﻤﺎ ﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ. ‏( ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ - 6/574

Tidak ada komentar:

Posting Komentar