Selasa, 17 Februari 2015

MEREKA MENYEBAR KEBOHONGAN AQIDAH DENGAN MEMBAWA NAMA IMAM ABU KHANIFAH

Mereka Menyebar Kebohongan Aqidah Dengan Membawa Nama Imam Abu Khanifah

Dalam berbagai media, sering kita dapati beberapa tulisan yang mendiskriditkan faham2 yg selama ini telah dijalankan dan di Yakini oleh Mayoritas Kaum Muslimin dengan menuqil2 dan bahkan memalsukan Nama Imam Madzhab tanpa adanya penyelidikan lebih lanjut sesuai slogan yg sering di kumandangkan yaitu “Kembali kepada Al Quran dan Hadits yang Sahih sesuai
Pemahaman salafussalih”.

Slogan itu seringkali hanya sebatas wacana kosong, jika saja kita tahu dan sedikit mengkoreksi Perkataan2 mereka yang hanya merupakan Doktrin gelap, tidak lebih apa yang mereka perjuangkan hanya sebatas keluar dari sikap fanatik buta dan Ghuluw kepada Ulama Faforit mereka saja.

Mereka sangat bersemangat untuk memporak porandakan tatanan yang sudah ada dengan dalih apapun yg di suka, Syirik, Khurofat, Bid’ah, Penyembah Kuburan, dll.

Terlebih dalam masalah Aqidah yg di cetuskan Oleh Imam Ibnu Taymiyyah, yang mana Aqidah yang di cetuskan ini hampir -+200 th tidak di terima oleh mayoritas Cendikiawan Muslimin seluruh Dunia kecuali sebagian dari Murid2 Beliau saja, dan di bangkitkan kembali Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dg motif perebutn kekuasaan, yang kemudian di sebut sebagai gerakan Wahabi.

Kali ini saya akan coba mengemukakan salah satu Fakta Doktrin Faforit mereka tentang “Allah ada di Langit” yang dalam hal ini, mereka tidak malu2 membawa kebohongan mengatasnamakan Imam Abu Khanifah , walaupun sebenarnya sudah ada di sini secara detail, namun pada kesempatan ini akan saya coba mengetengahkan dari sisi yang lain.

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ ﺹ 69 ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺩﻓﻊ ﺷﺒﻪ ﺍﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﺑﺄﻛﻒ ﺍﻟﺘﻨﺰﻳﻪ:ﺃﻥ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﻻﻋﻈﻢ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻗﺎﻝ : ” ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻻ ﺃﻋﺮﻑ ﺭﺑﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺃﻡ ﻓﻲ ﺍﻻﺭﺽ ﻓﻘﺪ ﻛﻔﺮ . ﻻﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻘﻮﻝ : ‏( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ ‏) ﻭﻋﺮﺷﻪ ﻓﻮﻕ ﺳﺒﻊ ﺳﻤﻮﺍﺕ . . . “
“Al ‘Allamah Ibnu al Jauzi mengatakan pada hal 69 dalam Kitabnya Daf’u Syubahi al Tasybihi bi Akaffit Tanzih Bahwa Imam Abu Khanifah merngatakan: Barang siapa yg mengatakan Aku tidak tahu Tuhanku di Langit atau di Bumi, maka dia telah Kafir, Karena Allah ta’ala telah bersabda: ( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ ) dan ‘ArasyNya ada di atas Langit Tujuh”

Hal yang serupa juga ada di Kitab Faforit mereka yaitu Syarah Kitab ‘Aqidah Al Thokhawiyyah oleh Ibnu Abdil,izz hal 288 yang di tahqiq oleh Al Albani sebagai berikut:

ﻭﻛﻼﻡ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻓﻲ ﺇﺛﺒﺎﺕ ﺻﻔﺔ ﺍﻟﻌﻠﻮ ﻛﺜﻴﺮ ﺟﺪﺍ: ﻓﻤﻨﻪ: ﻣﺎ ﺭﻭﻯ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺃﺑﻮﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ: ﺍﻟﻔﺎﺭﻭﻕ، ﺑﺴﻨﺪﻩ ﺇﻟﻰ ﻣﻄﻴﻊ ﺍﻟﺒﻠﺨﻲ: ﺃﻧﻪ ﺳﺄﻝ ﺃﺑﺎ ﺣﻴﻨﻔﺔﻋﻤﻦ ﻗﺎﻝ: ﻻ ﺃﻋﺮﻑ ﺭﺑﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺃﻡ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ؟ ﻓﻘﺎﻝ: ﻗﺪ ﻛﻔﺮ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻘﻮﻝ:}ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﺳْﺘَﻮَﻯ { ﻭﻋﺮﺷﻪ ﻓﻮﻕ ﺳﺒﻊ ﺳﻤﺎﻭﺍﺕ، ﻗﻠﺖ: ﻓﺈﻥ ﻗﺎﻝ: ﺇﻧﻪ ﻋﻠﻰﺍﻟﻌﺮﺵ، ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻘﻮﻝ: ﻻ ﺃﺩﺭﻱ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺃﻡ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ؟ ﻗﺎﻝ: ﻫﻮ ﻛﺎﻓﺮ، ﻷﻧﻪ ﺃﻧﻜﺮ ﺃﻧﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ، ﻓﻤﻦ ﺃﻧﻜﺮ ﺃﻧﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻓﻘﺪ ﻛﻔﺮ .
“Perkataan Para Salaf dalam menetapkan Sifat “Al ‘uluwwu” (maaf saya tidak berani menerjemahkannya sebagaiman mereka menerjemahkan Kalimat Al ‘Uluwwu itu dg ketinggian Dzat) sangat banyak, antara lain: Seperti apa yg di riayatkan oleh Syaikhul Islam Abu Isma,il Al Anshori dalam kitabnya “Al Faruq” dg sanad yg tersambung dengan Muthi, Al Balkhi, yang mana Beliau telah bertanya kepada Imam Abu Khanifah akan halnya orang yang mengatakan Aku tidak tahu Tuhanku di Langit atau di Bumi?, maka dia telah Kafir, Karena Allah ta’ala telah bersabda:
( ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ ) dan ‘ArasyNya ada di atas Langit Tujuh, kemudian aku
bertanya: jika Orang itu berkata Sesungguhnya Allah di atas Arasy, tapi dia mengatakan Aku tidak tahu ‘Arasy itu di Langit atau di Bumi? Imam Abu Khanifah Mengatakan/menjawab: dia telah kafir, karena dia telah ingkar adanya ‘Arasy di langit, barang siapa yang Ingkar bahwa ‘Arasy itu ada di langit dia telah Kafir”

Sebenarnya masih panjang lebar dalam Kitab itu menerangkan yang intinya Allah ada di Langit/ ‘Arasy, namun kiranya saya cukupkan sekian saja, toh pada intinya saya cuma mau kasih bukti saja tanpa bermaksud melakukan pemotongan Teks Aslinya, sedangkan teks yang panjang lebar itu kesimpulannya juga saling berkaitan dan tidak ada perbedaan Maksud dari apa yang saya tuliskan di atas.

Nah sekarang bagaimana komentar para ‘ulama akan legalnya Perkataan Imam Abu Khanifah tersebut di tinjau dari sisi periwayatannya? bukankah dengan Hadits saja sesuai slogan mereka haruslah yang sahih, bagaimana dg perkataan ‘ulama?
apakah harus meninggalkan Manhaj sahih itu? mari kita cermati sebentar.

Ternyata di dalam perowi tersebut kebanyakan yang di nuqil dalam Kitab2 mereka sampai kepada yang namanya “ABU MUTHI, AL BALKHY” justru dari Al Khafidl Al Dzahabi sendiri mengatakan dalam Kitabnya “Al Mizan” juz1 hal 574 menyatakan:

” ﻗﺎﻝ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ : ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺮﻭﻯ ﻋﻨﻪ ﺷﺊ ﻭﻋﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻣﻌﻴﻦ : ﻟﻴﺲ ﺑﺸﺊ “
“Berkata Imam Ahmad: “Tidak seyogyanya meriwayatkan sesuatu darinya (ABU MUTHI, AL BALKHY), dan dari Yahya bin Ma,in: “Dia (ABU MUTHI, AL BALKHY) bukan siapa2 (tidak terhitung orang yg kridible pen)”

Sementara Al Hafidl Ibnu Hajar mengatakan dalam Kitabnya “Lisan Al Mizan” juz 2 hal 335 cet Al Hindiyyah:

. : ” ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﺎﺗﻢ ﺍﻟﺮﺍﺯﻱ : ﻛﺎﻥ ﻣﺮﺟﺌﺎ ﻛﺬﺍﺑﺎ . . . . ” .
“Imam Al Rozi mengatakan: Kana (ABU MUTHI, AL BALKHY) adalah Murji’ah dan Pembohong”
Sekarang bagaimana mungkin dalam menetapkan Aqidah Al Jauzi justru mengambil dari pembohong? dan yang lebiih parah lagi Kaum Usiliyyun menelan mentah2 begitu saja apa yang di katakan Imam mereka?

Jika Berbohong dengan mengatasnamakn Rosulullah Shollallahu ‘alaihi w Sallam itu dosa besar, apakah berbohong dan menyebarkan kebohongan mengatas namakan Imam Abu Khanifah boleh2 saja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar