Senin, 23 Februari 2015

Benarkah ilmu kalam sunni tdk berdasarkan Al quran dan Assunnah??

Imam Asy'ari menjawab..!!

terjemah risalah istihsan alhaudl fi ilmil kalam[penilaian akan baiknya mendalami ilmu kalam] karya Imam Abul Hasan Al asyari

ﺭﺳﺎﻟﺔ ﺍﺳﺘﺤﺴﺎﻥ ﺍﻟﺨﻮﺽ ﻓﻲ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻟﻺﻣﺎﻡ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻭﺀﺍﻟﻪ ﺍﻟﻄﻴﺒﻴﻦ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﺍﻟﻤﻨﺘﺨﺒﻴﻦ .
Amma ba'du,sungguh sekelompok manusia telah menjadikan kebodohan sebagai simpanan hartanya,sehingga mereka merasa berat utk nadhor;berfikir rasional dan membahas tentang isi kandungan agama [ad din],dan mereka condong kepada mempermudah dan taqlid, lalu mereka mencela orang2 yang menggali tentang pokok agama [ushuluddin] dengan menisbatkan vonis sesat kepada orang 2 tsbt, dan mereka mengira bahwa membahas tentang istilah bergerak-diam, arodl;sifat, warna, cosmos, juz, dan tentang sifat Allah aza wa jala adalah hal bid'ah dan dholalah...!!

1. Dan lalu mereka berkata: dan seandainya hal itu [nadhor;berfikir rasional dan membahas] dalam istilah2 yang ada dalam ilmu kalam adalah merupakan petunjuk, maka pasti Nabi akan mengatakan tntang hal itu, begitu juga para sahabatnya...

2. Dan mereka juga berkata: dan sesungguhnya Nabi sholallohu alaihi was salam tidaklah wafat sehingga beliau telah berbicara tentang setiap hal yang dibutuhkan dalam masalah agama dan beliau telah menjelaskan dengan penjelasan yang gamblang,dan tdklah beliau meninggalkan sesuatu perkataan kepada seorang pun untuk di jelaskan dalam masalah yang di butuhkan oleh kaum muslimin dalam urusan agama, juga hal2 yang dapat mendekatkan kepada Allah atau utk menjauhkan dari murkaNya setelah kewafatanya...maka karena mereka tdk meriwayatkan dari Nabi atas perkataan dalam masalah yang telah kami sebutkan sblmnya, maka kami tahu bahwa berbicara tentangnya dan membahasnya adalah bidah dan sesat,karena kalau hal itu baik,maka Nabi tdk akan luput utk mengatakannya, juga para shahabat2nya..

3. Dan mereka berkata: karena sesungguhnya hal yang tdk pernah di katakan Nabi dan sahabat itu tdk kosong dari dua keadaan; pertama kemungkinan mereka [Nabi dan sahabat] tau hal itu tetapi mereka diam dari membecirakannya, kedua mereka [Nabi dan sahabat] tdk tau hal itu shgg tdk membicarakannya ,nah jika mereka tau hal itu dan diam dari membicarakannya, maka kita pun selayaknya diam dari hal itu sebagaiman mereka diam darinya,dan kita tak usah
mendalaminya sebagaimana mereka tdk mendalaminya, KARENA seandainya hal itu termasuk dari agama, maka mereka para sahabat tdk akan di beri keluasan utk diam, Dan kedua jika mereka [Nabi dan sahabat] tdk tau hal itu, maka kita pun di beri keluasan utk tdk tau sebagaiman mereka tdk mengetahuinya,karena seandainya hal itu termasuk dari agama maka yakin mereka akan mengetahui hal itu,maka dengan dua keadaan ini , jelaslah bahwa ilmu kalam adalah bidah
dan mendalaminya adalah kesesatan....!!!

3 POIN INILAH DI ANTARA SERENTETAN HUJAH-HUJAH sebagian ULAMA UNTUK MELARANG MEMBAHAS [NADHOR] DALAM ILMU KALAM.

Maka syaikh Abul Hasan Al Asy'ari berkata: Jawaban 3 poin atas hujah mereka pun ada 3 :

Pertama : dengan membalikkan pertanyaan kepada mereka dgn mengatakan: Nabi SAW juga tdk pernah berkata dgn perkataan bahwa orang yang membahas tentang ilmu kalam dan berbicara tentangnya adalah ahli bidah dan golongan sesat, maka hal itu melazimkan kalian sebagai ahlu bidah dan golongan sesat juga ,karena kalian berbicara dgn sesuatu yang tdk pernah di katakan oleh nabi SAW dan meyesatkan orang yang tdk pernah dikatakan sesat oleh nabi SAW....

Ke dua: Katakan pada mereka: Sungguh Nabi SAW mengetahui apa yang telah kalian sebutkan tentang istilah dalam hal jisim,arodl;sifat,harokat;gerakan,sukun;diam,juz dst ,walaupun beliau tdk mengatakan setiap hal itu secara tertentu/detail,begitu juga para fuqoha dari kalangan sahabat,setiap hal yang telah di sebutkan oleh kalian tsbt dengan secara detail/tertentu, maka asal setiap hal itu ada dalam Al Quran As Sunnah secara garis besarnya dgn tdk di sebutkan secara terperinci..

Tentang istilah harokat dan assukun: bergerak dan diam dan bahasan tentangnya , maka asalnya ada dalam Al Quran,dan keduanya menunjukan terhadap tauhid,begitu juga ijtima;berkumpul dan iftirok;terpisah,Allah berfirman ketika mengkabarkan tentang Nabi Ibrahim AS dalam qisah terbenamnya matahari dan bintang dan pergerakan keduanya dari suatu tempat ke tempat lain adalah menjadikan petunjuk baginya bahwa tuhannya tdk bisa di sifati dengan sesuatu dari hal itu,dan sesuatu yang terkena sifat terbenam dan begerak/pindah dari suatu tempat ke tempat lain itu bukanlah sifat robb.

Adapun bahasan kalam tentang inti tauhid [KEESAAN], itu pun asalnya ada dalam al quran,Allah berfirman:
( ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﺀﺍﻟﻬﺔٌ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻔﺴﺪﺗﺎ )
:seandainya dalam langit bumi ada tuhan2 selain Allah ,maka akan hancurlah keduanya"

Perkataan yang sangat simpel,DAN ini adalah hujah bahwa Allah itu satu dan tdk ada sekutu baginya,dan bahasan ulama mutakalimin tentang tamanu:saling menghalang dan tagolub;saling mengalahkan JIKA ada lebih dari satu tuhan, maka tempat kembalinya adalah ayat ini,Dan juga ayat dalam firman Allah:

( ﻣﺎ ﺍﺗﺨﺬ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻭﻟﺪ ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻪ ﻣِﻦ ﺇﻟﻪٍ ﺇﺫًﺍ ﻟﺬﻫﺐ ﻛﻞ ﺇﻟﻪ ﺑﻤﺎ ﺧﻠﻖ ﻭﻟﻌﻼ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu." (QS. Al-Mukminun: 91))....sampai ayat:

( ﺃﻡ ﺟﻌﻠﻮﺍ ﻟﻠﻪ ﺷﺮﻛﺎﺀ ﺧﻠﻘﻮﺍ ﻛﺨﻠﻘﻪ ﻓﺘﺸﺎﺑﻪ ﺍﻟﺨﻠﻖ
:apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaanNya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?’ ) .

Dan pembahasan ulama mutakallimin dalam hujah aqli tentang mengesakan Allah,maka pengambilan mereka adalah ayat2 yang tadi telah di sebutkan, begitu juga pembahasan2 lain tentang memerinci cabang tauhid,itu sesungguhnya di ambil dari Al quran, begitu juga perkataan tentang adanya ba'as:di bangkitkan kembali jasad yang hancur dan mustahilnya hal itu yang mana telah terjadi perdebatan diantara kaum retorika logika arab dahulu dan orang2 sebelumnya,shgg mereka kagum atas rasionalnya hal itu pada ulama mutakallimin,mereka berkata:

( ﺀﺇﺫﺍ ﻣﺘﻨﺎ ﻭﻛﻨﺎ ﺗﺮﺍﺑًﺎ ’‘ ﺫﻟﻚ ﺭﺟﻊ ﺑﻌﻴﺪ ) ‘’
Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi), itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin’’. (QS. Qaaf :3):dan ayat: jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu, Al Mu'minuun (23):36] dan ayat: ia berkata:"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang hancur telah luluh?"Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati, dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu), (QS.23:35).

Dan ayat yang lainnya itu merupakan hujjah atas bisanya terjadi ba'as setelah wafat dalam alquran, hal itu menguatkan bisa terjadinya hal itu menurut aqal".
Dan Nabi telah mengajarkan dan juga mengingatkan mereka [kaum kafir] dengan hujjah aqli atas ingkarnya mereka terhadap ba'as dgn dua cara terhadap dua kelompok kaum kafir itu:

Kelompok pertama: mereka mengakui adanya penciptaan pada permulaan mahluk,tetapi mereka ingkar akan penciptaan ke dua [kebangkitan setelah wafat]

dan kelompok ke dua: mereka mengingkari penciptaan pada permulaan mahluk dan juga ingkar pada penciptaan ke dua [kebangkitan setelah wafat] " dgn hujah bahwa alam itu qodim:
tanpa permulaan.

Maka Rasul berhujjah terhadap yang meyakini adanya penciptaan pertama tetapi mengingkari adanya penciptaan kedua dgn ayat:

ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺒﺪﺅﺍ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﺛﻢ ﻳﻌﻴﺪُﻩ ﻭﻫﻮ ﺃﻫﻮﻥ ﻋﻠﻴﻪ )
Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali dan menghidupkannya kembali lebih mudah bagiNya. [Ar Rum : ( ﻛﻤﺎ ﺑﺪﺃﻛﻢ ﺗﻌﻮﺩﻭﻥ ) sebagaimana dia Telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)”. (QS. Al-A’raf [7] : 29)

Maka rasul mengingatkan dgn logika bahwa dzat yang mampu mencipta pada permulaan [pertama] dgn tanpa ada contoh sebelumnya,maka Dia lebih mampu utk memperbaharui sesuatu yang sebelumnya sudah ada,dan adapun bagi Allah itu tdk ada penciptaan yang lebih ringan atau lebih mampu,semuanya sama saja bagi Allah,dan di katakan bahwa HA pada kalimat alaihi itu adalah kinayah utk mahluk dengan qudrotnya,yakni sesungguhnya membangkitkan dan mengembalikan sesuatu itu lebih mudah bagi salah seorang di antara kalian dan lebih ringan
daripada mengawali pembuatan sesuatu itu.karena awal penciptaan adalah dgn melahirkan,mengasuh,memotong pusar,kemudian mengeluarkan gigi dll dan sedangkan mengembalikannya adalah dgn sekaligus tdk bertahap seperti permulaan mencipta,maka itu lebih mudah baginya daripada penciptaan pada permulaan,ini adalah hujjah bagi yang mengakui adanya penciptaan pada permulaan.

Adapun kelompok yang mengingkari penciptaan awal dan plus penciptaan kedua dan mereka berkata dengan qodimnya alam,itu terjadi karena mereka kerasukan subhat perkataan: kami menemukan kehidupan ini dgn watak basah dan hangat dan kematian adalah dingin dan kering yakni watak tanah,maka bagaiman bisa berkumpul antara kehidupan dan tanah dan belulang yang hancur kemudian jadi kembali utuh,hal yang berlawanan tdk akan pernah bersatu,maka mereka ingkar adanya ba'as dengan arah hujjah ini.

Demi umurku sesungguhnya dua hal yang berlawanan tdk bisa kumpul dalam satu tempat dan dalam satu arah dan tdk pada hal yang ada di suatu tempat,tetapi adanya dua hal yang berlawanan bisa sah terjadi dalam dua benda dgn secara bersandingan, sumber hujjah rasional ini bukti kandungan ayat:

ﺍﻟﺬﻱ ﺟﻌﻞ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻷﺧﻀﺮ ﻧﺎﺭًﺍ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻧﺘﻢ ﻣﻨﻪ ﺗﻮﻗﺪﻭﻥ
Dialah (Tuhan) Yang menjadikan untukmu api dari kayu hijau[basah], dan lihatlah! Kamu nyalakan (api) darinya.

Maka allah Membantah mereka dgn sesuatu yang mereka ketahui dan mereka saksikan [aqal] dari keadaan keluarnya api yang panas dan kering dari batang kayu yang dingin basah,maka bisa adanya penciptaan awal itu menunjukan bisanya terjadi penciptaan kedua,setelah hancurnya penciptaan pertama,karena keadaan keluarnya api yang panas dan kering dari batang kayu yang dingin basah bisa menjadi bukti bisa bersandingan antara kehidupan tanah dengan belulang yang hancur dgn di jadikan bentuk utuh,dan Allah berfirman:Sebagaimana Kami telah menciptakannya, demikian pula Kami mengembalikannya, sebagai janji atas Kami. Sesungguhnya Kami akan benar- benar melakukannya.’ (Al-Anbiya: 104).

Adapun apa yang di bahas oleh ulama ahli kalam bahwa setiap pembaharuan itu ada permulaan yang di pakai hujah utk membantah kaum materialis yang menyatakan bahwa tdklah ada gerakan kecuali sebelumnya ada gerakan ,dan tdklah ada hari kecuali sebelumnya ada hari terus sampai tdk ada permulaan,dan pembahasan terhadap orang yang berkata : tdklah suatu juz kecuali memiliki bagian ,maka hal dalil aqli itu [setiap pembaharuan itu ada permulaan ] di ambil
dari hadis Rasul SAW:

" ﻻ ﻋﺪﻭﻯ ﻭﻻ ﻃِﻴَﺮﺓ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺃﻋﺮﺍﺑﻲ : ﻓﻤﺎ ﺑﺎﻝُ ﺍﻹﺑﻞ ﻛﺄﻧﻬﺎ ﺍﻟﻈِﺒﺎﺀ ﺗﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺍﻹﺑﻞ ﺍﻟﺠﺮﺑﻰ ﻓﺘﺠﺮَﺏُ ؟ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺀﺍﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻓﻤﻦ ﺃﻋﺪﻯ ﺍﻷﻭﻝ " ؟ 1]) )
"Tiada kejangkitan, dan juga tiada KESIALAN", kemudian seorang badui Arab berkata: "Wahai Rasulullah SAW, onta-onta yang ada di padang pasir yang bagaikan sekelompok kijang, kemudian dicampuri oleh Seekor onta betina berkudis, kenapa menjadi tertular oleh seekor onta betina yang berkudis tersebut ?".

Kemudian Rasulullah SAW menjawab: "Lalu siapakah yang membuat onta yang pertama berkudis?".[ HR Buhari], MAKA arab badui pun diam karena faham akan hujah aqli yang di katakan rasul SAW.

Begitu juga kami membantah hujah orang yang berkata bahwa tdk ada gerakan kecuali sebelumnya ada gerakan sampai tdk ada ujungnya",seandainya keadaannya seperti yang mereka katakan, maka tdk akan ada wujud sesuatu apa pun,karena sesuatu yang tdk ada ujungnya tdk akan ada pembaharuan sesuatu apa pun,toh masa sebelumnya ke belakang pun belum selesai, Oleh karena itu ada seorang laki-laki yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Ya Rasulullah, isteriku melahirkan anak yang berkulit hitam”. Orang ini menuduh zina isterinya dengan menggunakan bahasa kiasan. Bagaimana mungkin anak yang lahir berkulit hitam padahal kedua orang tuanya berkulit putih. Nabi lantas bertanya kepadanya, ”Apakah anda memiliki banyak onta?” “Ya”, jawabnya. ”Apa warna kulit onta-onta tersebut?”, lanjut Nabi. ”Merah”, jawab orang tersebut.

”Apakah ada yang berwarna abu-abu?”, tukas Nabi. ”Ada”, jawab orang tersebut singkat. ”Dari mana kok ada yang berwarna abu-abu?”, lanjut Nabi. Orang tersebut menjawab dengan mengatakan, ”Boleh jadi karena faktor genetika”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, ”Anakmu yang berkulit hitam itu boleh jadi karena faktor genetika” [HR Bukhari dan Muslim]. INI adalah yang diajarkan oleh Allah pada Nabinya dengan mengembalikan sesuatu yang sejenis pada pangkal jenisnya atau pada yang semacam dgn jenisnya......!!

Oleh sebab itu kami berhujjah SECARA AQAL terhadap orang yang berkata: sesungguhnya Allah boleh memiliki kesamaan dgn salah satu sisi mahluk yang beda cm ukuran saja yakni Allah adalah jisim, kita katakan padanya: Seandainya Allah menyerupai sesuatu dari salah satu sisi sesuatu tsbt,maka akan menimbulkan adanya kesamaan Allah dgn sesuatu itu dari seluruhnya atau dari sebagiannya dan jika Allah menyerupai sesuatu dari sebagiannya saja atau dari salah satu sisi saja,maka pasti Allah itu ada permulaan sebagaimana sesuatu itu, karena adanya keserupaan pada keduanya, dan setiap dua hal yang mengandung unsur keserupaan,maka hukum keduanya adalah satu dalam hal yang keduanya serupa ,dan mustahil sesuatu yang ada permulaan dan menerima pembaharuan menjadi qodim [tdk ada permulaan], begitu juga mustahil hal yang qodim: tdk ada permulaan menjadi ada permulaan dan pembaharuan,allah berfirman:

ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ '
tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan firmannya:

ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻛُﻔُﻮًﺍ ﺃَﺣَﺪٌ
. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Adapun asal tentang jisim ada ujungnya dan bahwa juz yang [2]tdk terbagi, maka dalilnya adalah firman Allah: Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)

Dan mustahil mengumpulkan dan menghitung sesuatu yang tdk ada ujungnya,dan mustahil sesuatu yang satu bisa terbagi[2] karena akan memestikan menjadi dua,dan dua hal itu masing2 jadi hitungan,adapun asal tentang dzat yang mencipta alam mesti punya wewenang utk berbuat sekehendaknya dgn bebas dan tanpa ada keterpaksaan,maka terdapat dalam firman Allah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kami-kah yang menciptakannya"(QS. al-Waqi'ah : 58]

Mereka tdk mampu utk berkata dgn hujjah: kami mencipta dgn berharap anak,maka tdk ada penciptaan karena keterpaksaan Allah,maka itu mengingatkan kita bahwa sang pencipta adalah yang berbuat terhadap segala ciptaan dgn sekehendaknya.

Adapun asal sandaran kami dalam membantah lawan perdebatan dgn dalil aqli dan naqli itu di ambil dari sunnah Nabi SAW,yakni dketika Allah mengajarkan pada baginda KETIKA BELIAU KETEMU dengan pendeta yang gemuk,maka nabi SAW berkata padanya:Aku memintamu demi Allah yang menurunkan Taurat kepada Musa, tidakkah engkau mendapati dalam Taurat bahwa sesungguhnya Allah membenci pendeta yang gemuk ??,Orang Yahudi tersebut adalah seorang pendeta yang gemuk", maka ia marah ketika di permalukan dgn hal itu [3],dan berkata: Allah tdk menurunkan sesuatu apapun pada manusia, maka Allah berfirman pada baginda : Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia [Al An'am(6):91]

MAKA NABI MENJAWAB SEKETIKA ITU PULA dengan isarah logika yang di firmankan oleh Allah,karena taurot adalah sesuatu, musa adalah manusia, dan pendeta itu mengakui bahwa Allah menurunkan taurot pada musa AS. maka ia faham bahwa hujahnya salah..!!

Adapun jawaban ketiga:

Sesungguhnya masalah ini yakni yang mereka[orang yang melarang mendalami ilmu kalam] dan mempertanyakan tentang istilah2 di dalamnya, sebenarnya itu telah di ketahui oleh rasul SAW dgn terperinci,,akan tetapi tdk ada kejadian husus pada masa beliau yang menarik beliau berbicara hal itu atau pun utk tdk membicarakannya, walau pun asalnya istilah2 itu ada dalam Al quran dan as sunah,dan adapun masalah yang terjadi pada waktu itu dari sesuatu yang berkaitan dgn agama dari jihat syariat dan tidak ada nas husus,maka buktinya adalah para sahabat telah membahas tentangnya dan mendalaminya dan berhujjah dgnnya,seperti masalah aol dan jadaat dalam masalah faroid dan hukum yang lainnya,seperti talak bain,sprti jg masalah2 yang terjadi pada masa shahabat,padahal itu tdk ada nas dari Rasul SAW,SEBAB JIKA ADA NAS atas semua itu MAKA tdk akan terjadi perbedaan di antara mereka,dan perbedaan itu trs berjalan sampai sekarang.... maka masalah2 dalam istilah ilmu kalam ulama mutakalimin,walau pun tdk ada nas dari setiap hal itu scra husus dari Rasul SAW, Tetapi mereka mengembalikan dan mengkiyaskan terhadap masalah yang ada dalam nasnya dari kitabullah dan sunah rasulnya dan dgn ijtihad mereka, maka hukum2 kejadian dalam masalah cabang,itu kembali merujuk pada hukum syariat yang furu yang merupakan sesuatu yang tdk bs di dapat kecuali dgn jalan mendengar dari rasul, dan layak bagi setiap muslim yang beraqal mengembalikan hukumnya yang di sepakati dgn
aqal,perasaan dan hal2 yang jelas, karena hukum yang jalannya dgn mendengar [hadis] maka di kembalikan pada asal syariat dgn cara mendengar pula[hadis] dan hukum aqal dan hal yang di rasa maka harus di kembalikan pada babnya pula,maka tdk boleh mencampur antara syariat yang di dapat dgn cara mendengar [nas] yakni hal furu dgn hukum syariat yang di dapat dari akal,jadi aqidah dan furu itu berbeda, nah jika seandainya terjadi di masa Nabi pembahasan tentang kholqul quran,tentang juz,dan isrtilah lainnya dgn lafad2 tsbt,maka nabi akan membahas tentang itu sbgmn nabi menjelaskan hal2 yang terjadi di masa beliau dgn menentukan masalah masalah dgn rinci.

Kemudian katakan pada mereka: tdk ada satu hadis pun dari Nabi SAW yang menyebutkan tentang Alquran itu mahluk atau goer mahluk, kenapa kalian mengatakan alquran goer mahluk?????, kalau mereka menjawab: sungguh telah berkata sebagian sahabat dan tabiin, MAKA kita katakn padanya,maka dgn kaidah yang di buat anda sebelumnya maka itu melazimkan/mesti sahabat dan tabiin jugA sesat karena berkata dgn hal yang tdk di katakan Rasul SAW.

Kalau seseorang berkata: AKU tawaquf dalam hal itu dgn tdk mengatakan alquran mahluk atau goer mahluk,maka katakn padanya:anda dengan sikaf tawaquf itu pun sesat dan ahli bidah,karena Nabi SAW tdk berkata:jika terjadi pembahasan tentang hal ini setelahku,maka kalian mesti tawaquf dan jangan berkata apa2",dan juga beliau tdk berkata: sesatkanlah mereka yang berkata alquran mahluk atau goer mahluk"...!!

Dan kabarkanlah kepada kami jika ada orang berkata: Sungguh ilmu Allah itu mahluq:di ciptakan,apakah kalian akan diam saja [tawaquf] ????? jika mereka menjawab: tidak, maka katakanlah pada mereka Rasul SAW dan para sahabat tdk berkata apa2 tentang hal itu, dan begitu juga jika ada orang yang berkata:Tuhan kalian itu kenyang atau seger atau berpakaian,atau punya penyakit mag,atau jisim,atau arodl,atau menghirup udara,atau tdk menghirup udara,atau ada orang bertanya:apa tuhan kalian mempunyai hidung atau hati,apakah tuhan kalian berhaji
tiap tahun?,apakah menunggangi kuda atau tdk? apakah tuhan kalian suka bingung atau tdk? dan lain lain dari masalah2 yang ada,maka seyogyanya mereka diam dari semua itu,karena Rasul SAW tdk berbicara tentang hal itu,juga para sahabatnya. atau kalian tdk akan diam dari hal itu?? maka anda mgkn akan menjelaskan dgn perkataan anda bahwa sesuatu dari semua yang di sebutkan itu tdk boleh[mustahil] utk Allah dgn hujjah anu dan anu...
kalau SESEorang berkata:aku akan diam darinya dan tdk akan menjawabnya sdkt pun,atau aku akan mencuekkannya,atau tdk akan memberi salam padanya ,atau tdk melayadnya jika ia sakit,maka katakn padanya:maka hal itu melazimkan bagi kalian dalam setiap bentuk perkataan itu sebagai ahli bidah sesat,karena rasul SAW tdk berkata: "barang siapa bertanya tntg hal yang di sebutkan tadi,maka diamlah,dan Beliau juga tdk berkata: jgnlah kalian memberi salam padanya",dan tdk berkata: barang siapa berkata hal yang di sebutkan tadi maka ia ahlu bidah jika mengatakanny", kenapa kalian tdk diam dari orang yang berkata alquran adalah mahluk,atau knpa kalian mengkafirkannya padahal tdk datang dari Nabi SAW tentang kholqul quran atau menafikannya...????

Kalu mereka berkata: sungguh imam ahmad RA berkata dgn menafikan kemahlukan alquran dan mengkafirkannya,maka kataknlah pada mereka:knpa Imam ahmad tdk diam dari hal itu??malah beliau membahasnya?.... Kenapa tdk diam dari apa yang di diamkan oleh Rasul saw??

kalau mereka membolehkan hal itu terhadap para sahabat atau sebagian dari mereka,maka itu adalah bentuk kesombongan,maka katakn pada mereka:kenapa mereka [shahabat] tdk diam dari semua itu? padahal Nabi tdk mengatakannya,dan juga beliau tdk mengatakan: "kafirkanlah orang yang mengatakan itu?" jika mereka berkata: tdk boleh tdk bagi para ulama utk menjelaskan semua perkaataan yang muncul kemudian supaya orang awam bisa tau hukumnya", maka katakanlah pada mereka:inilah jawaban yang kami harapkan dari kalian,kenapa kalian melaramg
ilmu kalam?? kalian ketika mau, maka kalian berbicara dgn ilmu kalam,tetapi ketika hujah kalian kalah,kenapa kalian berkata: kami di larang berbicara dan membahas itu?? dan ketika mau berkata dgn ilmu kalam,kalian bertaqlid dgn orang2 yang ada sebelum kalian dgn tanpa hujjah dan bayan,inilah subhat2 dan tahakum kalian.. .

Kemudian katakan pada mereka:nabi tdk membahas dan membuat kitab tentang kafirnya orang yang berkata alquran mahluk,knpa mereka melakukan apa yang tdk di lakukan Nabi saw??

Maka cukuplah apa yang telah di sebutkan di atas sebagai penjelasan bagi orang yang berakal dan tdk keras kepala.......

[1] HR Bukhari kitab at thib

[2] maksud juz yang tdk terbagi adalah jauhar alfard

[3] HR al baihaqi dan yang lainnya lht al maqosid al hasanah
       karya as sakhowi 3/124.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar