Wahabi sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (wafat tahun 1420 H) :
.
اَلْوَهَّابِيَّةُ هُمْ أَتْبَاعُ الشَّيْخِ الْإِمَامِ مُحَّمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَّهَّابِ بْن سُلَيْمَانَ بْنِ عَلِيٍّ اَلتَّمِيْمِيِّ الْحَنْبَلِيِّ الْمُتَوَفَّى سَنَةَ سِتٍّ وَمِائَتَيْنِ وَأَلْفٍ مِنَ الْهِجْرَةِ،
Wahhabiyyah, mereka adalah pengikut Syeikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali Attamimy Al-Hanbaliy.
Beliau wafat tahun 1206 H
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/10235
.
Dalam kitab al-Munjid Fil A’lam halaman 454
.
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ مُصْلِحٌ دِيْنِيٌّ وَزَعِيْمُ الْوَهَّابِيَّةِ
Muhammad bin Abdul Wahhab, pembaharu agama dan pemimpin Wahhabiyyah
PANDANGAN ULAMA MADZHAB TERHADAP WAHABI
--------------------------------------------------
ULAMA KALANGAN MADZHAB HANAFI
Syeikh Ibn Abidin (wafat tahun 1252 H) berkata dalam kitabnya Hasyiyah Radd Al-Muhtar ‘Alaa Addurr Al-Mukhtar Syarhi Tanwiiril Absharjuz IV halaman 262, maktabah syamilah:
.
كَمَا وَقَعَ فِيْ زَمَانِنَا فِيْ أَتْبَاعِ ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ نَجْدٍ وَتَغَلَّبُوْا عَلَى الْحَرَمَيْنِ وَكَانُوْا يَنْتَحِلُوْنَ مَذْهَبَ الْحَنَابِلَةِ لَكِنَّهُمْ اِعْتَقَدُوْا أَنَّهُمْ هُمُ الْمُسْلِمُوْنَ وَأَنَّ مَنْ خَالَفَ اعْتِقَادَهُمْ مُشْرِكُوْنَ وَاسْتَبَاحُوْا بِذَلِكَ قَتْلَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَقَتْلَ عُلَمَائِهِمْ حَتَى كَسَرَ اللهُ شَوْكَتَهُمْ وَخَرَبَ بِلاَدَهُمْ وَظَفِرَ بِهِمْ عَسَاكِرُ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِيْنَ وَمِائَتَيْنِ وَأَلْفٍ. اهـ
Sebagaimana yang terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibnu Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci.
.
Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik.
.
Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H.
--------------------------------------------------
ULAMA KALANGAN MADZHAB MALIKI
Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Shawi Al-Maliki (1175 H – 1241 H), ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahabi (Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, 1115 H – 1206 H), berkata dalam Hasyiyah ‘Alaa Tafsir Al-Jalalain juz III halaman 307 sebagai berikut:
وَقِيْلَ هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِجِ الَّذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمْوَالَهُمْ كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ اَلْآنَ فِيْ نَظَائِرِهِمْ وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمُ الْوَهَّابِيَّةُ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُوْنَ
Dikatakan: “Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.”
--------------------------------------------------
ULAMA KALANGAN MADZHAB SYAFI’I
Dari kalangan ulama madzhab Syafi’i, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan Al-Makki (1232 H – 1304 H), berkata dalam kitab Fitnah Al-Wahhabiyah, halaman 20, cetakan Daarussefaka, Istanbul Turki tahun 1978:
وَكَانَ السَّيِّدُ عَبْدُ الرَّحْمنِ الْأَهْدَلُ مُفْتِيْ زَبِيْدَ يَقُوْلُ: لَا يُحْتَاجُ التَّأْلِيْفُ فِي الرَّدِّ عَلَى ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ، بَلْ يَكْفِيْ فِي الرَّدِّ عَلَيْهِ قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِيْمَاهُمُ التَّحْلِيْقُ، فَإِنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهُ أَحَدٌ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ
“Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal, mufti Zabid berkata: “Tidak perlu menulis bantahan terhadap Ibn Abdil Wahhab.
.
Karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu “Tanda-tanda mereka (Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang masuk dalam ajaran Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan ahli bid’ah.”
Sumber: Kitab Fitnah Al-Wahhabiyah
--------------------------------------------------
ULAMA KALANGAN MADZHAB HANBALI
Syeikh Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi (wafat tahun 1295 H) berkata dalam kitabnya As-Suhub Al-Wabilah ‘ala Dharaih Al-Hanabilah halaman 277, cetakan maktabah Imam Ahmad, ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:
عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سُلَيْمَانَ التَّمِيْمِيُّ النَّجْدِيُّ وَهُوَ وَالِدُ صَاحِبِ الدَّعْوَةِ الَّتِيْ انْتَشَرَ شَرَرُهَا فِي الْأَفَاقِ لَكِنْ بَيْنَهُمَا تَبَايُنٌ مَعَ أَنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يَتَظَاهَرْ بِالدَّعْوَةِ إِلَّا بَعْدَ مَوْتِ وَالِدِهِ وَأَخْبَرَنِيْ بَعْضُ مَنْ لَقِيْتُهُ عَنْ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ عَمَّنْ عَاصَرَ الشَّيْخَ عَبْدَالْوَهَّا بِ هَذَا أَنَّهُ كَانَ غَاضِبًا عَلَى وَلَدِهِ مُحَمَّدٍ لِكَوْنِهِ لَمْ يَرْضَ أَنْ يَشْتَغِلَ بِالْفِقْهِ كَأَ سْلاَفِهِ وَأَهْلِ جِهَتِهِ وَيَتَفَرَّسُ فِيْه أَنَّهُ يَحْدُثُ مِنْهُ أَمْرٌ .فَكَانَ يَقُوْلُ لِلنَّاسِ: يَا مَا تَرَوْنَ مِنْ مُحَمَّدٍ مِنَ الشَّرِّ فَقَدَّرَ اللهُ أَنْ صَارَ مَاصَارَ وَكَذَلِكَ ابْنُهُ سُلَيْمَانُ أَخُوْ مُحَمَّدٍ كَانَ مُنَافِيًا لَهُ فِيْ دَعْوَتِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ رَدًّا جَيِّدًا بِاْلآَ ياَتِ وَاْلآثاَرِ وَسَمَّى الشَّيْخُ سُلَيْمَانُ رَدَّهُ عَلَيْهِ ( فَصْلُ الْخِطَابِ فِي الرَّدِّ عَلىَ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ ) وَسَلَّمَهُ اللهُ مِنْ شَرِّهِ وَمَكْرِهِ مَعَ تِلْكَ الصَّوْلَةِ الْهَائِلَةِ الَّتِيْ أَرْعَبَتْ اَلْأَبَاعِدَ فَإِنَّهُ كَانَ إِذَا بَايَنَهُ أَحَدٌ وَرَدَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى قَتْلِهِ مُجَاهَرَةً يُرْ سِلُ إِلَيْهِ مَنْ يَغْتَالُهُ فِيْ فِرَاشِهِ أَوْ فِي السُّوْقِ لَيْلًا لِقَوْلِهِ بِتَكْفِيْرِ مَنْ خَالَفَهُ وَاسْتِحْلاَلِ قَتْلِهِ. اهـ
“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru.
.
Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah.
.
Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya.
.
Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat,: “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benar-benar terjadi.
.
Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
.
Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya.
.
Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan , maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya.
Sumber: Kitab As-Suhub Al-Wabilah ‘ala Dharaih Al-Hanabilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar