Kamis, 05 Juni 2014

"Uhud adalah sebuah gunung yang mencintai kami dan kamipun mencintainya”

"Uhud adalah sebuah gunung yang mencintai kami dan kamipun mencintainya”

Di kota Madinah, banyak terdapat bukit dan gunung. Namun yang banyak disebut dalam sejarah dan hadits Rasulullah saw adalah gunung Uhud atau Jabal Uhud.

Gunung Uhud adalah gunung yang terbesar di Madinah, letaknya sekitar empat kilometer sebelah timur laut kota Madinah. Di sebelah utara Gunung Uhud, terdapat makam Nabi Harun As. Dalam bahasa Arab, uhud berasal dari kata ahad yang berarti ‘satu’. Lantas mengapa gunung yang panjangnya 600 meter ini diberi nama ‘Uhud’? banyak versi.

Versi pertama menyebut, karena gunung ini berdiri sendiri, tidak tersambung dengan bukit atau gunung yang lain. Gunung gunung atau bukit lain di Madinah saling bersambungan. Versi berikutnya menyebut, karena para ahli Madinah atau penduduk sekitar nya adalah hamba Allah yang bertauhid dan penyebar tauhid. Uhud merupakan simbol ketauhidan atau keesaan Allah.

Tapi ada juga versi bahwa nama ‘Uhud’ memang diberikan sendiri oleh Allah secara tauqifi, ketetapan yang tak dapat diubah. Diambil dari Ahad (Al-Ikhlash).

Banyak riwayat yang menyebutkan kemuliaan dan kecintaan Rasulullah terhadap Gunung Uhud. Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sabda Rasulullah yang artinya, “Uhud adalah sebuah gunung yang mencintai kami dan kami pun mencintainya.”

Dalam hadits yang lain Anas juga meriwayatkan hal yang sama, namun ada tambahannya, “Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kami mencitainya; apabila kalian mendatanginya, makanlah dari pohonnya walaupun dari pohon yang besar dan berduri”.

Sahabat Sahil bin Saad meriwayatkan sabda Rasulullah, “Uhud adalah salah satu tiang dari tiang-tiang surga.”

“Tenang, Wahai Uhud..”

Sejarah mencatat kejadian besar terjadi di Gunung Uhud pada masa Nabi Muhammad, yaitu peperangan yang terjadi pada tahun ke-3 Hijriyyah atau 625 M.

Setelah mengalami kekalahan pada perang Badr, kaum kafir Quraisy Makkah hendak mengadakan pembalasan dengan menyerang kota Madinah. Dibawah pimpinan Abu Sufyan dan Khalid bin Walid, pasukan berjumlah 3000 orang mendatangi Madinah. Semuanya memiliki persenjataan lengkap, 700 tentara mengenakan baju zirah (besi), berkendaraan 300 ekor unta dan 200 ekor kuda.

Sedangkan pasukan Madinah hanya berjumlah 1000 orang, dan langsung dibawah pimpinan Rasulullah saw. Namun jumlah ini susut hingga tinggal 700 orang, karena ditengah perjalanan menuju uhud, orang orang munafik menarik diri dan kembali ke Madinah. Para munafikin ini dipimpin Abdullah bin Ubay bin Salul.

Melihat situasi yang tidak seimbang, Rasululah mengatur strategi dengan menempatkan 50 pemanah di bawah pimpinan sahabat Abdullah bin Zubair di bukit yang berhadapan dengan Gunung Uhud. Beliau memerintahkan mereka agar tidak sekali kali meninggalkan posisinya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.

Mulanya pasukan kaum muslimin mendapat kemenangan. Tapi karena lupa dan tergiur oleh harta yang ditinggalkan kaum kafir Quraisy, prajurit pemanah lupa akan pesan Rasulullah dan turun dari bukit sebelum adanya perintah beliau. Situasi itu dimanfaatkan benar oleh Khalid bin Walid untuk balik menyerang sehingga pasukan kaum muslimin kocar kacir dan mengalami kekalahan.

Gugur dalam peperangan ini 70 orang. Diantaranya paman nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang digelari Asadullah wa Asadur Rasul (Singa Allah dan Rasul Nya), Mus’ab bin Umair, dan Abdullah bin Jahsyin. Para syuhada itu dimakamkan ditempat mereka gugur, disekitar Gunung Uhud.

Tapi 46 tahun kemudian, yaitu pada masa Khalifah Marwan bin Hakam, terjadi banjir besar sehingga makam Hamzah dan Abdullah bin Jahsyin rusak berat. Ternyata, meski sudah lebih dari 40 tahun didalam kubur, jasad kedua sahabat itu masih segar, seperti baru saja meninggal. Maka jasadnya dikubur ditempat lain tapi masih di kawasan Gunung Uhud.

Pada masa daulah Utsmaniyah dibangun sebuah masjid yang indah di makam mereka. Tapi karena menurut pemerintah Arab Saudi para peziarah yang banyak mengunjungi makam tersebut melakukan bid’ah dan syirik, pemerintah membongkar masjid tersebut dan memindahkan ke tempat lain, masih disekitar Uhud. Masjid itu diberi nama “Masjid Sayyidusy Syuhada Hamzah bin Abdul Muththalib.”

Pada tahun 1383 H, dibangun tembok tinggi yang mengelilingi makam Hamzah dengan celah celah jeruji, agar peziarah dapat menyaksikan makam tersebut.

Selain perang Uhud, ada juga peristiwa yang dicatat dalam sejarah, yaitu ketika Rasulullah menaiki Gunung Uhud bersama sahabat Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Gunung tersebut bergetar keras, dan saat itu Rasulullah menghentakkan kakinya sambil berkata, “Tenang dan diamlah, wahai Uhud. Sungguh diatasmu ada seorang nabi dan shiddiq serta dua orang yang matinya syahid”

Adab berziarah di Uhud

Semasa Rasulullah saw masih hidup, beliau sering menyempatkan diri mengunjungi Gunung Uhud untuk menziarahi para syuhada uhud, terutama pamannya, Hamzah. Ritus menziarahi para syuhada Uhud juga diikuti oleh Abu Bakar, Umar dan sahabat lainnya. Berdasar itu, kita dianjurkan pula untuk melakukan hal yang sama.

Adapun adab berziarah di Pemakaman Uhud yakni mengucapkan salam kepada para syuhada Uhud, seperti yang dilakukan Rasulullah, yaitu, “Assalamu ‘alaikum bima shabartum fani’ma ‘uqbaddar (keselamatan bagi kalian atas kesabaran yang telah kalian jalankan, sungguh sebaik baik balasan adalah surga).”

Lalu hendaklah kita berdiri dihadapan kubur mereka seraya mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaikum ya sayyida Hamzah, ya ‘amma Rasulillah. Assalamu’alaikum ya asadullah. Assalamu ‘alaikum ya syuhada. Askanakumullahul jannah (keselamatan untukmu, wahai Sayyidina Hamzah, wahai paman Rasulullah. Keselamatan bagi kamu, wahai Singa Allah. Keselamatan untuk kalian, wahai para syuhada. Semoga Allah menempatkan kalian di dalam surga).”

Setelah itu kita membaca Al-Fatihah dan berdo’a, terutama doa doa yang ma’tsur (do’a yang berasal dari Nabi Muhammad saw) baru kemudian doa yang dikehendaki.

Sumber: Majalah AlKisah no.02/Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar