1. .Riwayat singkat Al-Maturidi
Abu
Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid,sebuah kota kecil di daerah
Samarkand,wilayah
trmsoxiana di asia tengah, daerah yang sekarang
disebut Uzbekistan. tahun kelahirannya tidak
diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad
ke-3 hijriyah. ia wafat pada tahun 333 H/944 M. gurunya dalam bidang
fiqih dan teologi bernama nasyr bin yahya al-balakhi. ia wafat pada
tahun 268 H. al-maturidiyah hidup pada masa khalifah al-mutawakil yang
memerintah tahun 232-274/-861 M.
karir pendidikan al-maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih.
2. doktrin – doktrin teologi al-maturidi
a. akal dan wahyu
dalam pemikiran teologinya, al-maturidi mendasarkan pada al-quran dan
akal. dalam hal ini, ia sama dengan al-asy’ari. namun porsi yang
diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang di berikan oleh
al-asy’ari.
menurut al-maturidi,mengatuhi tuhan dan kewajiban
mengetahui tuhan dapat diketahui dengan akal. namun akal, mennurut
al-maturidi, tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya.
masalah baik dan buruk, al-maturidi berpendapat bahwa penentu baik
dan buruknya sesuatu itu terletak pada sesuatu itu sendiri, sedangkan
perintah atau larangan syari’ah hanyalah mengikuti ketentuan akal
mengenai baik dan buruknya sesuatu.
al-maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
1. akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu;
2. akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu;
3. akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan, kecuali dengan petunjuk ajaran wahyu.
tentang mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu dengan akal, al-maturidi sependapat dengan mu’tazilah.
b. perbutan manusia
menurut al-maturidi perbutan manusia adalah ciptaan tuhan karena segala
sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaa-nya. khusus mengetahui perbutan
manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak tuhan mengaharuskan manusia
memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) agar kewajiban – kewajiban yang
dibebankan kepadanya dapat dilaksanakannya.tuhan menciptakan daya (kasb)
dalam diri manusia dan manusia bebas memakainya. daya – daya tersebut
diciptakan bersamaan dengan perbuatan manusia. dengan demikian, tidak
ada pertentangan antar qudrat tuhan yang menciptakan perbutan manusia
dan ikhtiar yang ada pada manusia. kemudian, karena daya diciptakn dalam
diri manusia dan perbutan yang dilakukan adalah perbuatan manusia
sendiri dalam arti yang sebenarnya, maka tentu daya itu juga daya
manusia. berbeda dengan al-maturidi, al-asy’ari mengatakan bahwa daya
tersebut adalah daya tuhan karena ia memandang bahwa perbuatan manusia
adalah perbuatan tuhan. berbeda pula dengan mu’tazilah yang memandang
daya manusia yang telah ada sebelum perbutan itu sendiri.
juga atas
kehendak tuhan, tetapi tidak atas karenanya. dengan demikian, berarti
manusia dalam faham al-maturidi tidak sebebas manusia dalam faham
mu’tazilah.
c. kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan.
telah
diuraikan diatas bahwa perbuatan manusia dan segala sesuatu dalam wujud
ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan tuhan. akan tetapi,
pernyataan ini menurut al-maturidi bukan berarti bahwa tuhan berbuat dan
berkehendak dengan sewenang – wenang serta kehendaknya semata. hal ini
karena qudrat tuhan tidak sewenang –wenang (absolut), tetapi perbuatan
dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang
sudah ditetapkannya sendiri.
d. sifat tuhan
berkaitan
dengan masalah sifat tuhan, terdapat persamaan antara pemikiran
al-maturidi dan al-asy’ari. keduanya berpendapat bahwa tuhan mempunyai
sifat – sifat,seperti sama,bashar, dan sebagainya. walaupun begitu,
pengertian al-maturidi tentang sifat tuhan berbeda dengan al-asy’ari.
al-asy’ari mengartikan sifat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat,
melainak melekat pada zat itu sendiri. sedangkan al-maturidi berpendapat
bahwa sifat itu tidak dikatan sebagai esensinya dan bukan pula lain
dari esensinya.
e. melihat tuhan
al-maturidi mengatakn
bahwa manusia dapat melihat tuhan. hal ini diberikan oleh al-quran,
antara lain firman allah dalam surat al-qiyamah ayat 22 dan 23.
al-maturidi lebih lanjut mengatakan bahwa tuhan kelak di akhirat dapat
dilihat dengan mata, karena tuhan mempunyai wujud walaupun ia
immaterial. namun melihat tuhan, kelak di akhirat tidak sama dengan
keadaan di dunia.
f. kalam tuhan.
al-maturidi membedakan
antara kalam (baca: sabda) yangn tersusun dengan huruf dan bersuara
dengan kalam nafsi adalah sifat qadim bagi allah, sedangkan kalam yang
tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadis).al-quran dalam arti
kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata adalah baharu(hadis).
kalam, nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dan bagai mana allah
bersifat dengannya(bila kaifa) tidak dapat kita ketahui, kecuali dengan
perantara.
g. perbuatan manusia
menurut al-maturidi, tidak
ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semuanya atas
kehendak tuhan, dan tidak ada yang memaksanya atau membatasi kehendak
tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh
kehendaknya sendiri. oleh karena itu, tuhan tidak wajib berbuat
ash-shalah wa al-ashlah (yang baik dan terbaik bagi manusia). setiap
perbuatan tuhan yang bersifat mencipta atau kewajiban – kewajiban yang
dibebankan di kehendaakinya. kewajiban – kewajiban tersebut antara lain:
1. tuhan tidak akan membebankan kewajiban – kewajiban kepada
manusia di luar kemampuannya karena hal tersebut tidak sesuai dengan
keadilan, dan manusia juga diberi kemerdekaan oleh tuhan dalam kemampuan
dan perbuatannya.
2. hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan tuntutan keadilan yang sudah di tetapkannya.
h. pengutusan rasul
akan tidak selamanya mampu mengetahui kewaajiban yang dibebankan kepada
manusia, seperti kewajiban mengetahui baik dan buruk dan serta
kewajiban lainnya dari syariat yang dibeban kepada manusia. oleh kare
itu, menurut al-maturidi, akal memerlukan bimbingan ajaran wahyu untuk
mengetahui kewajiban – kewajiban tersebut. jadi, pengutusan rasul
berfungsi sebagai sumber informasi. tanpa mengikuti ajran wahyu yang di
sampaikan rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berbeda
di luar kemampuannya kepada akalnya.
pandangan al-maturidi ini
tidak jauh berbeda dengan pandangan mu’tazilah yang berpendapat bahwa
pengutusan rasul ketengah – tengah umatnya adalah kewajiban tuhan agar
manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupan.
i. pelaku dosa besar (murtakib al-kabir)
almaturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan
tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertaubat. hal ini
karrena tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia
sesuai dengan perbuatannya. kekal di dalam neraka adalah balasan untuk
orang yang berbuat dosa syirik. dengan demikian, berbuat dosa besar
selain syirik tidak akan menyebabkan pelaku kekal di dalam neraka. oleh
karena itu, perbutan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan
seseoran kafir atau murtad. menurut al-maturidi, iman itu cukup dengan
tashdiq dan iqrar, sedangkan amal adalah penyempuranaan iman. oleh
karena itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman,
kecuali hanya menambah atau mengurangi sifatnya saja.Tentang Kitab
Judul Kitab at-Tauhid
Penulis Abu Manshur al-Maturidi
Penerbit Bairut-Dar al-Masyriq
Cet Ke-3 tahun 1986 M
Tebal
411
bila ada kesalahan tolong di koreksi salam ukhuwah fillah
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=368063633325172&set=a.189179864546884.43262.100003646166340&type=1&relevant_count=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar