Rabu, 04 September 2013

DOKTRIN-DOKTRIN AL-MATURIDI

1. .Riwayat singkat Al-Maturidi
Abu Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid,sebuah kota kecil di daerah Samarkand,wilayah

trmsoxiana di asia tengah, daerah yang sekarang disebut Uzbekistan. tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 hijriyah. ia wafat pada tahun 333 H/944 M. gurunya dalam bidang fiqih dan teologi bernama nasyr bin yahya al-balakhi. ia wafat pada tahun 268 H. al-maturidiyah hidup pada masa khalifah al-mutawakil yang memerintah tahun 232-274/-861 M.
karir pendidikan al-maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih.
2. doktrin – doktrin teologi al-maturidi
a. akal dan wahyu
dalam pemikiran teologinya, al-maturidi mendasarkan pada al-quran dan akal. dalam hal ini, ia sama dengan al-asy’ari. namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang di berikan oleh al-asy’ari.
menurut al-maturidi,mengatuhi tuhan dan kewajiban mengetahui tuhan dapat diketahui dengan akal. namun akal, mennurut al-maturidi, tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya.
masalah baik dan buruk, al-maturidi berpendapat bahwa penentu baik dan buruknya sesuatu itu terletak pada sesuatu itu sendiri, sedangkan perintah atau larangan syari’ah hanyalah mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya sesuatu.
al-maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
1. akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu;
2. akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu;
3. akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan, kecuali dengan petunjuk ajaran wahyu.
tentang mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu dengan akal, al-maturidi sependapat dengan mu’tazilah.
b. perbutan manusia
menurut al-maturidi perbutan manusia adalah ciptaan tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaa-nya. khusus mengetahui perbutan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak tuhan mengaharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) agar kewajiban – kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakannya.tuhan menciptakan daya (kasb) dalam diri manusia dan manusia bebas memakainya. daya – daya tersebut diciptakan bersamaan dengan perbuatan manusia. dengan demikian, tidak ada pertentangan antar qudrat tuhan yang menciptakan perbutan manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia. kemudian, karena daya diciptakn dalam diri manusia dan perbutan yang dilakukan adalah perbuatan manusia sendiri dalam arti yang sebenarnya, maka tentu daya itu juga daya manusia. berbeda dengan al-maturidi, al-asy’ari mengatakan bahwa daya tersebut adalah daya tuhan karena ia memandang bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan tuhan. berbeda pula dengan mu’tazilah yang memandang daya manusia yang telah ada sebelum perbutan itu sendiri.
juga atas kehendak tuhan, tetapi tidak atas karenanya. dengan demikian, berarti manusia dalam faham al-maturidi tidak sebebas manusia dalam faham mu’tazilah.
c. kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan.
telah diuraikan diatas bahwa perbuatan manusia dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan tuhan. akan tetapi, pernyataan ini menurut al-maturidi bukan berarti bahwa tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang – wenang serta kehendaknya semata. hal ini karena qudrat tuhan tidak sewenang –wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkannya sendiri.
d. sifat tuhan
berkaitan dengan masalah sifat tuhan, terdapat persamaan antara pemikiran al-maturidi dan al-asy’ari. keduanya berpendapat bahwa tuhan mempunyai sifat – sifat,seperti sama,bashar, dan sebagainya. walaupun begitu, pengertian al-maturidi tentang sifat tuhan berbeda dengan al-asy’ari. al-asy’ari mengartikan sifat tuhan sebagai sesuatu yang bukan dzat, melainak melekat pada zat itu sendiri. sedangkan al-maturidi berpendapat bahwa sifat itu tidak dikatan sebagai esensinya dan bukan pula lain dari esensinya.
e. melihat tuhan
al-maturidi mengatakn bahwa manusia dapat melihat tuhan. hal ini diberikan oleh al-quran, antara lain firman allah dalam surat al-qiyamah ayat 22 dan 23.
al-maturidi lebih lanjut mengatakan bahwa tuhan kelak di akhirat dapat dilihat dengan mata, karena tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial. namun melihat tuhan, kelak di akhirat tidak sama dengan keadaan di dunia.
f. kalam tuhan.
al-maturidi membedakan antara kalam (baca: sabda) yangn tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi adalah sifat qadim bagi allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadis).al-quran dalam arti kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata adalah baharu(hadis). kalam, nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dan bagai mana allah bersifat dengannya(bila kaifa) tidak dapat kita ketahui, kecuali dengan perantara.
g. perbuatan manusia
menurut al-maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semuanya atas kehendak tuhan, dan tidak ada yang memaksanya atau membatasi kehendak tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendaknya sendiri. oleh karena itu, tuhan tidak wajib berbuat ash-shalah wa al-ashlah (yang baik dan terbaik bagi manusia). setiap perbuatan tuhan yang bersifat mencipta atau kewajiban – kewajiban yang dibebankan di kehendaakinya. kewajiban – kewajiban tersebut antara lain:
1. tuhan tidak akan membebankan kewajiban – kewajiban kepada manusia di luar kemampuannya karena hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan manusia juga diberi kemerdekaan oleh tuhan dalam kemampuan dan perbuatannya.
2. hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan tuntutan keadilan yang sudah di tetapkannya.
h. pengutusan rasul
akan tidak selamanya mampu mengetahui kewaajiban yang dibebankan kepada manusia, seperti kewajiban mengetahui baik dan buruk dan serta kewajiban lainnya dari syariat yang dibeban kepada manusia. oleh kare itu, menurut al-maturidi, akal memerlukan bimbingan ajaran wahyu untuk mengetahui kewajiban – kewajiban tersebut. jadi, pengutusan rasul berfungsi sebagai sumber informasi. tanpa mengikuti ajran wahyu yang di sampaikan rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berbeda di luar kemampuannya kepada akalnya.
pandangan al-maturidi ini tidak jauh berbeda dengan pandangan mu’tazilah yang berpendapat bahwa pengutusan rasul ketengah – tengah umatnya adalah kewajiban tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupan.
i. pelaku dosa besar (murtakib al-kabir)
almaturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertaubat. hal ini karrena tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang yang berbuat dosa syirik. dengan demikian, berbuat dosa besar selain syirik tidak akan menyebabkan pelaku kekal di dalam neraka. oleh karena itu, perbutan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseoran kafir atau murtad. menurut al-maturidi, iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar, sedangkan amal adalah penyempuranaan iman. oleh karena itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman, kecuali hanya menambah atau mengurangi sifatnya saja.Tentang Kitab
Judul Kitab at-Tauhid
Penulis Abu Manshur al-Maturidi
Penerbit Bairut-Dar al-Masyriq
Cet Ke-3 tahun 1986 M
Tebal
411
bila ada kesalahan tolong di koreksi salam ukhuwah fillah

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=368063633325172&set=a.189179864546884.43262.100003646166340&type=1&relevant_count=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar