Kalau Syi'ah taqiyahnya sekedar tidak mengakui Syi'ah. Kalau Wahabi ini dulu ngaku Salafi, al-Muwahhidun, lalu mengaku-ngaku sebagai Ahlus Sunnah. Sekedar ngaku "Ahlussunnah" saja tidak laku, akhirnya mengaku sebagai "Ahlussunnah wal Jama'ah". Taqiyyah Wahabi dimulai.
Mereka (Wahabi) menuduh Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah yang asli) sebagai kaum musyrik karena ziarah kubur, tabarruk, tawassul, istighatsah, dan sebagainya. Wahabi menuduh Aswaja sebagai ahlul bid'ah (sesat) karena qunut shubuh, dzikir berjama'ah, dzikir jahar setelah shalat, jabat tangan setelah shalat, merayakan maulid Nabi, dan sebagainya. Bahkan Wahabi memfitnah pengikut Asy'ariyah sebagai orang sesat, sifat wajib 20 bagi Allah pun dituduh ajaran sesat, dan lain sebagainya.
Hebatnya, Wahabi yang taqiyah sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah justru bisa memfitnah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang asli sebagai Syi'ah. Lalu mereka mengkafirkan dan menghina Aswaja yang asli. Jika Aswaja asli ini membantah, mereka lalu berkata "Syi'ah sedang Taqiyah". Karena kebanyakan media online yang berlabel Islam dikelola Wahabi, bahkan mereka punya TV dan Radio, Aswaja asli jadi keteteran.
Ulama Sunni (Aswaja) yang difitnah sebagai Syi'ah, antara lain: KH. Said Aqil Siraj (Ketua Umum PBNU), Prof. Quraisy Syihab (Ahli Tafsir), Prof. Alwi Shihab (Tokoh NU), Syaikh Said Ramadlan al-Buthi (ulama Suriah), Syaikh Ahmad Badruddin Hassoun (ulama Suriah), Syaikh Ali Jumu'ah (ulama Al Azhar/Mesir), dan sebagainya. Bahkan Habib Muhammad Rizieq Syihab (Front Pembela Islam) pun pernah difitnah sebagai Syi'ah.
Bila fitnahan mereka dibantah, lalu mereka berkata "mereka pembela Syi'ah". Disisi lain mereka mengatakan bahwa "Syi'ah Bukan Islam atau Syi'ah Kafir". Dengan kata lain, ulama Ahlussunnah wal Jama'ah tersebut dikatakan Bukan Islam/Kafir, atau pembela Kafir. Na’udzubillah min dzalik!
Berawal dari fitnah-fitnah semacam inilah yang akhirnya Syaikh Muhammad Said Ramadlan al-Bouthi bersama cucunya syahid (wafat) di bom saat mengisi kajian Islam di Damaskus. Pihak Wahabi memang menaruh kebencian terhadap Syaikh al-Buthi karena beliau menentang dakwah Wahhabiyah.
Sementara Syeikh Ahmad Hassoun, Mufti Besar Suriah, harus kehilangan anaknya yang tewas dibunuh meski sebenarnya beliau adalah target utama yang ingin dibunuh oleh Wahabi. Dan seperti biasa Wahabi selalu membantah membunuh mereka dan mengkambing-hitamkan Presiden Assad sebagai pembunuhnya. Padahal media massa online milik Wahabi jelas-jelas menyebut para ulama tersebut sebagai pendukung Assad dan musuh bagi “Ahlus Sunnah (baca: Wahabi)”.
Mereka serang para ulama tersebut dengan kata-kata dan tulisan mereka. Saat para ulama tersebut dibunuh, mereka menolak disebut sebagai pembunuhnya. Padahal mereka menghasut para pembaca mereka agar membenci para ulama tersebut sehingga tidak akan aneh jika ada pembaca mereka yang membunuh ulama tersebut saking bencinya.
Yang demikian itu, sama halnya dengan di Indonesia. Media-media wahhabi menghasut umat Islam dengan memfitnah ulama-ulama Aswaja. Beginilah mula-mulai terjadinya pembunuhan terhadap ulama Ahlussunnah wal Jama'ah. Awalnya dikafirkan atau dianggap pembela kafir, lalu dihalalkan darahnya (boleh dibunuh) dan hartanya pun boleh dirampas.
Siapa saja ulama Ahlussunnah wal Jama'ah di Indonesia yang dibenci Wahabi? maka itulah yang menjadi target mereka. Hanya saja opini propaganda mereka saat ini masih bisa dikendalikan. Masyarakat khususnya umat Islam harus mulai menyadari hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar