حُكْمُ حُضُورِ مَجْلِسِ الْعَزَاءِ وَالْجُلُوسِ فِيه (س): هَلْ يَجُوزُ حُضُورُ مَجْلِسِ الْعَزَاءِ وَالْجُلُوسِ مَعَهُمْ ؟ ج: إِذَا حَضَرَ الْمُسْلِمُ وَعَزَّى أهْلَ الْمَيِّتِ فَذَلِكَ مُسْتَحَبٌّ ؛ لمَا فِيه مِنَ الْجَبْرِ لَهُمْ وَالتَّعْزِيَةِ ، وَإِذَا شَرِبَ عِنْدَهُمْ فِنْجَانَ قَهْوَةٍ أَوْ شَاي أَوْ تُطَيِّبَ فَلَا بَأسً كَعَادَةِ النَّاسِ مَعَ زُوَّارِهُمْ .
Soal: Bolehkah menghadiri majlis ta’ziyah (tahlilan) dan duduk-duduk bersama mereka?Jawab: Apabila seorang Muslim menghadiri majliz ta’ziyah dan menghibur keluarga mayit maka hal itu disunnahkan, karena dapat menghibur dan memotivasi kesabaran kepada mereka. Apabila minum secangkir kopi, teh atau memakai minyak wangi (pemberian keluarga mayit), maka hukumnya tidak apa-apa, sebagaimana kebiasaan masyarakat terhadap para pengunjungnya.”
(Syaikh Ibnu Baz, Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 13 hal. 371.)
baca pelan-pelan yang tenang.... ada MINUM KOPI nyah juga lhoooh....
عَشَاءُ الْوَالِدِينَ
س : الأخ أ. م. ع. مِنَ الرِّياضِ يَقُولُ فِي سُؤَالِهِ : نَسْمَعُ كَثِيرًا عَنْ عَشَاءِ الْوَالِدِينَ أَوْ أحَدِهِمَا ، وَلَهُ طُرُقٌ مُتَعَدِّدَةٌ ، فَبَعْضُ النَّاسِ يَعْمَلُ عِشَاءَ خَاصَّةٍ فِي رَمَضانِ وَيَدْعُو لَهُ بَعْضَ الْعُمَّالِ وَالْفقراءِ ، وَبَعْضُهُمْ يُخْرَجُهُ للذين يُفْطِرُونَ فِي الْمَسْجِدِ ، وَبَعْضُهُمْ يَذْبَحَ ذَبيحَةَ وَيُوَزِّعُهَا عَلَى بَعْضِ الْفقراءِ وَعَلَى بَعْضِ جِيرَانِهِ ، فَإِذَا كَانَ هَذَا الْعَشَاءُ جَائِزًا فَمَا هِي الصِّفَةُ الْمُنَاسِبَةُ لَهُ؟ ( ج ) : الصَّدَقَةُ لِلْوَالِدِينَ أَوْ غِيَرِهُمَا مِنَ الْأقاربِ مَشْرُوعَةٌ ؛ لِقولِ « النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمَ : لَمَّا سَأَلَهُ سَائِلٌ قَائِلًا : هَلْ بَقِيَ مِنْ بَرٍّ أَبَوَيْ شَيْءٌ أَبَرَّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا ؟ قَالَ نَعَمْ الصَّلاَةُ عَلَيهُمَا وَالْاِسْتِغْفارُ لَهُمَا وإنفاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَإكْرَامُ صَدِيقِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوَصِّلْ إلّا بِهِمَا » وَلِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمُ :« إِنَّ مَنْ أَبَرَّ الْبَرَّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ أهْلَ وَدِّ أَبِيه »« وَقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمَ لَمَّا سَأَلَهُ سائِلٌ قَائِلًا : إِنَّ أُمَّي مَاتَتْ وَلَمْ تُوصِ أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمَ نَعَمْ » وَلِعُمُومِ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمُ :« إِذَا مَاتَ اِبْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إلّا مِنْ ثَلاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمُ يَنْتَفِعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ ». وَهَذِهِ الصَّدَقَةُ لَا مُشَاحَّةَ فِي تَسْمِيَتِهَا بِعَشَاءِ الْوَالِدِينَ أَوْ صَدَقَةِ الْوَالِدَيْنِ سَواءٌ كَانَتْ فِي رَمَضانَ أَوْ غَيْرَهُمَا
“HUKUM KENDURI UNTUK MAYIT KEDUA ORANG TUA”
Soal: Sda AMA, Riyadh. Kami banyak mendengar tentang kenduri untuk kedua orang tua atau salah satunya.Dan banyak caranya.Sebagian masyarakat mengadakan kenduri khusus pada bulan Ramadhan dengan mengudang sebagian pekerja dan fakir miskin.Sebagian lagi mengeluarkannya bagi mereka yang berbuka puasa di Masjid.Sebagian lagi menyembelih hewan dan membagikannya kepada sebagian fakir miskin dan tetangga.
Apakah kenduri ini boleh?
Lalu bagaimana cara yang wajar?
Jawab: “Sedekah untuk kedua orang tua, atau kerabat lainnya memang dianjurkan syara’, karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika seseorang bertanya: “Apakah aku masih bisa berbakti kepada kedua orang tua setelah mereka wafat?” “Iya, menshalati jenazahnya, memohonkan ampunan, menepati janjinya, memuliakan teman mereka, menyambung tali kerabatan yang hanya tersambung melalui mereka.” Dan karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Termasuk kebaktian yang paling baik adalah seseorang menyambung hubungan mereka yang dicintai ayahnya.” Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketiak seseorang bertanya: “Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan tidak berwasiat. Apakah ia akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah untuknya? ” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Iya”. Dan karena keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara, sedekah yang mengalir, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shaleh yang mendoakannya.” Sedekah semacam ini, tidak menjadi soal dinamakan kenduri kedua orang tua atau sedekah kedua orang tua, baik dilakukan pada bulan Ramadhan atau selainnya.
(Syaikh Ibnu Baz, Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 13 hal. 253-254)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar