Keromantisan antara Alm. KH. Achmad Masduqie Mahfudz dan Istri Beliau, Alm. Ny. Hj. Chasinah
===============================
KH. Achmad Masduie Mahfudz adalah Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda Mergosono Malang. Beliau lahir pada tahun 1935 di Jepara Jawa Tengah dan wafat pada tanggal 1 maret 2014 di Malang Jawa Timur. Semasa hidupnya, beliau pernah menjadi Rais Syuriah PWNU Jawa Timur dan menjadi salah seorang Rais di jajaran Syuriah PBNU.
Banyak hal keteladanan pada diri beliau. Salah satu keteledanan beliau ialah keteladan bagaimana hubungan yang begitu penuh cinta nan romantis dengan istri beliau, Nyai Chasinah. Mari disimak.
Hal pertama yang ditanyakan KH. Achmad Masduqie Mahfudz (Abah) ke Ny. Hj. Chasinah (Umi) setelah menikah adalah: "Kalau ternyata di kemudian hari Allah tidak membariku rizqi yang cukup untuk menghidupi keluarga dan kita hidup serba kekurangan, apa kamu tetap sanggup menjadi istriku?". Dengan penuh keyakinan Umi mengangguk sambil tersenyum. Hal inilah yang membuat Abah gigih berjuang dalam mencari nafkah tanpa kekhawatiran apapun, karena tidak mengejar jumlah tetapi lebih penting ridla Allah.
Salah satu prinsip Abah Kyai Masduqi adalah tidak pernah mau makan uang gaji PNS-nya. Suatu ketika kebetulan beliau Alm Kyai Masduqie kehabisan uang. Yang ada hanyalah uang gaji PNS-nya. Tapi istri tahu dan memahami prinsip suaminya itu dan ingin ikut menjaga prinsip sang suami. Akhirnya istrinya, Nyai Chasinah berkeliling jualan beras ke rumah-rumah demi terjaganya prinsip sang suami.
Lagi sesuatu yang pantas diteladani dari pasangan yang penuh cinta ini adalah kebiasaan saling minta izin ketika akan keluar dari rumah. Ketika Abah Kyai Masduqie akan berpergian dan lalu berkata ke sang istri tercinta,” um, saya keluar pengajian”, beliau tidak akan berpergian terlebih dahulu sebelum sang istri mengiyakan.
Begitu juga sebaliknya, suatu ketika Nyai Chasinah akan mengikuti acara Muslimat NU di sekitar Mergosono saja dan saat itu Abah Kyai Masduqi sedang ada acara di Masjid Jami’ Kota Malang. Lalu Nyai menelpon sang suami untuk meminta izin keluar rumah ikut kegiatan muslimat NU. Abah Kyai Masduqi tidak mengizinkan. Nyai-pun dengan penuh kerelaan patuh pada sang suami.
Satu kisah tidak bosan-bosan untuk disimak yakni kisah yang dituliskan oleh putra beliau, Gus Shampton Masduqi. Melalui akaun facebook-nya, beliau mengkisahkan;
Saat dahar bersama Abah, biasanya cerita-cerita tentang masa lalu beliau. Suatu hari abah cerita, saat umi akan melahirkan anak ke 2, Mas Luthfillah. Umi ingin melahirkan di Rembang. Jadilah mas satu-satunya putra Abah yang lahir di Rembang. Karena abah pegawai negeri sipil yang ngajar di Tarakan Kalimantan, tentu tidak bisa menemani.
Jadilah Abah sendirian di Tarakan. Dimasa-masa sendiri itu, berkali-kali Abah didatangi seorang kaya yang ingin anaknya dinikahi Abah. Tidak masalah meski menjadi isteri kedua dan tidak butuh nafkah, karena sudah kaya dengan kebun yang luas.
Sebagai manusia normal, Abah tergoda juga. Tapi setiap akan mengiyakan, selalu saja nampak bayangan di depan Abah, bagaimana senyum Umi, pelayanan Umi, yang akhirnya Abah berkekuatan hati untuk menolak.
Abah kemudian mengomentari ceritanya, "itulah kekuatan doa Umimu, suami isteri tidak mungkin saling menjaga dua puluh empat jam, tetapi doa akan menjaga pasangannya setiap hembusan nafas"
Setiap terbangun jam 3 malam, Umi senantiasa mengeluh terlambat bangun, karena biasanya Umi sudah bersiap ibadah jam 1 malam hingga subuh, di saat semua sedang terlelap.
Lahumal fatihah.
_________________________
Like dan share halaman resmi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda Mergosono Malang https://www.facebook.com/Pondok-Pesantren-Salafiyah-Syafiiyah-Nurul-Huda-Mergosono-Malang-230137997334459/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar